Monday, 22 December 2008

Hanya Satu Diantara 1001

Beberapa tahun yang lalu sepasang suami isteri, orangtua Abi, naik motor ke Muntilan, menengok kerabat yang ada di sana. Tanpa sadar dompet Ibu jatuh di jalan, sekitar Muntilan. Beliau tidak sadar, hanya saja tahu-tahu di rumah, semuanya sudah raib. Berhubung mereka menerima dengan ikhlas ya semuanya dipasrahkan kepada Yang Di atas. Berhari-hari tidak satupun petunjuk yang membuat barang itu ketemu. Beberapa bulan kemudian, pokoknya dalam jangka waktu yang lama ada serombongan keluarga dari mana tidak tahu, tidak kenal, bertandang ke rumahnya di Sleman. Mereka sampai tersesat jalannya, walau akhirnya ketemu juga. Ternyata mereka adalah keluarga sopir di Muntilan. Salah seorang bertanya-tanya,"Apa betul ini rumah Pak Abi, di RT sekian............." sambil menunjukkan KTP. Kemudian setelah tuan rumah membetulkan, dilanjutkan lagi ceritanya,"Begini Pak, saya pernah melihat Bapak Ibu di Jalan Muntilan beberapa bulan yang lalu, waktu itu dari saku Ibu keluar dompet jatuh di dekat mobil, kemudian ada yang tahu, tetapi ketika kami kejar, Bapak Ibu sudah tidak ada di tempat, kami kehilangan jejak. Maaf baru hari ini kami sempatkan bertandang ke rumah Bapak untuk mengembalikan semuanya yang ada...........................". Bapak dan Ibu Abi tanpa banyak bicara hanya mereka mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya, lha wong barang sudah hilang dan diikhlaskan kok dapat kembali dengan utuhnya.

********

Pada suatu hari, saya bertandang ke rumah seorang dosen perempuan di sebuah Universitas di Jogja, tidak saya sebut namanya, saya senang sekali melihat rumahnya yang memiliki halaman belakang sangat luas, asri. Saya terus terang saja padanya,"Bunda, halaman Bunda luas sekali, pasti cape sekali kalau menyapu..............". Beliau berkata,"Itu yang nyapu saya sendiri lho Ka.........."."Emangnya Bunda nggak punya pembantu..........." tanya saya polosnya."Saya lebih suka menyapu sendiri, saya pegawai negeri, gaji saya sekian-sekian, lebih baik saya gunakan untuk yang lain, lagian sekarang pembantu hanya banyak gayanya.........". Saya hanya mengalemnya dalam hati,"Bunda, Bunda punya kedudukan di kampus, punya jabatan, seorang dosen lagi, kok masih mau menyapu halaman rumah dengan sapu lidi kayak nenek sihir, dan menyapu itu dianggap pekerjaan rendahan, hanya pantas untuk babu....". Kemudian beliau membuat saya percaya diri dan bermimpi dalam doa saya, "Bunda, andaikan saja nanti saya menjadi pejabat saya juga pingin tetap akan menyapu halaman rumah saya, mencuci baju saya sendiri, ............". Walaupun beliau terkenal sebagai dosen yang sangat disiplin, tapi ternyata sangat tahu lingkungan.

********

Waktu itu baru gencar-gencarnya pemilihan lurah di suatu daerah, ini rahasia umum saja. Semua calon sudah sibuk mencari dukungan, ada yang gerilya. Semuanya pontang-panting, mencari orang pintar (dukun). Saya menyoroti seorang calon. Beliau santai sekali. Semuanya sudah provokasi. Bahkan bandar-bandar taruhan sudah dibuka, dan siap memenangkannya. Banyak pendukung berusaha mencari dukun. Beliau hanya senyum-senyum ketika pendukungnya menanyakan orang pintar, dana-dana tambahan.,"Pak, ini gawat lho, Pak A, B, C, telah gerilya duluan, semuanya dibagi duit, untuk biting........". Bapak itu menjawab,"Biar saja, nggak jadi nggak pa pa, nanti kalau nggak jadi nggak nyesel, kalau jadi lurah tidak cari uang pengganti.............". Orang itu bilang,"Tapi Pak, semuanya cari orang pintar (dukun), Bapak bagaimana?". Bapak tadi dengan santai menjawab,"Serahkan ke Yang Kuasa".

Sampai pada hari pemilihan, dengan tanpa banyak mengeluarkan uang, beliau dinyatakan menang telak, hampir separuh lebih memilihnya, padahal ada calon yang lain. Ternyata kebaikan kalau sudah pada jalannya dia akan menemukan sendiri. Saya yakin itu..................

*******

Setiap tanggal 17 Agustus, setiap kampung ramai dengan berbagai acara, pokoknya senang sekali setiap tanggal 17 Agustus. Dapat berkumpul dengan banyak teman. Di sebuah kampung digelar wayang semalam suntuk, dan undian berhadiah, salah satunya sepeda. Eh, ada Ibu-Ibu nyeletuk,"Andai aku yang dapat sepeda, akan saya bawa ke Prambanan.........". Pada malam harinya, diumumnya yang dapat hadiah, ternyata rezeki sepeda kepadanya. janji adalah hutang. Pada hari lainnya dia menaiki sepedanya menyusuri selokan Ring Road Utara, selokan, hingga kawasan Prambanan. Makanya hati-hati berdoa.............

*******

Waktu itu saya diundang teman dari Australia untuk bertandang di hotelnya dimana beliau menginap. Saya bertiga dengan teman-teman Indonesia hampir mengantar banyak teman-teman Australia yang lagi belajar di Jogja. Waktu menunjukkan jam setengah limaan, itu berarti lewat Asar. Kalau pulang bagaimana, tapi kalau nggak pulang gimana. Padahal kami baru saja tiba di hotel, dari pulang jalan-jalan di Malioboro dan sekitarnya. Kami berembug, kemudian kami mencari tempat sholat, ternyata teman Australia itu tahu pembicaraan kami,"Ya, kalian mau berdoa, lihat di sana, kemarin saya lihat ada orang berdoa di mushola itu..." Beliau pun menunjukkan di mana kami harus sholat dan di mana kami harus berwudhu. Kapan lagi punya teman-teman asing seperti itu baiknya. Indah sekali........

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan