Bali terkenal dengan pantai-pantai surganya, Lagoi juga punya, Banten juga punya, Yogyakarta yang terletak di utara Samudera Indonesia juga punya pantai-pantai surga, tetapi kenapa hanya Bali yang dikenal di luar negeri. Indonesia just Bali, why? Mungkin Provinsi yang sangat terkenal melebihi negaranya adalah Bali (???????). Seorang siswa SMU yang sedang mengikuti AFS (Program pertukaran pelajaran) di Amerika, ditanyai temannya, Where are you coming from ? Dia menjawab : I am from Indonesia, kemudian temannya tadi bertanya balik : Indonesia? Where is it ? Indonesia is Bali ?. Mungkin dengan muka agak kemerah-merahan pelajar Yogyakarta tadi menerangkan bahwa Indonesia bukan hanya Bali, tetapi ada beberapa Pulau. Bagaimana ya kalau dia mengaku dari Yogyakarta ? Mungkin juga akan bertanya Yogyakarta, where ?. Itu dulu. Entahlah apakah ketika PH asing mengadakan syuting di Kalimantan (Borneo), apakah mereka masih merasa ada d Indonesia, jangan-jangan persepsi mereka tentang Borneo adalah bagian Indonesia juga kacau lagi. Tetapi kita patut lega juga ketika beberapa mahasiswa asing yang studi di Australia mengatakan hal-hal tentang Yogyakarta, misalnya ada yang bilang Yogyakarta is harmony city, ada juga yang berkata Yogyakarta identik dengan Kasultanan. Jadi Yogyakarta masih aman. Kenapa Bali begitu terkemuka ? Ternyata walaupun di Bali ada keterbukaan terhadap pendatang asing, tetapi kebudayaan lokal masih terjaga dengan baik. Penduduknya adalah pemuja kebudayaan lokal, tetapi sangat friendly terhadap budaya lain. Banyak penduduk lokal yang mau menikah dengan orang asing. Mereka mendapat mata pencaharian dari kedatangan turis-turis mancanegara. Agen promosi dari mulut ke mulut tentang Bali telah menjadikan Bali sering dikunjungi turis. Mereka datang menambah devisa negara. Dalam diri mereka tertanam kenangan yang terindah tentang kehidupan masyarakat dikombinasi keindahan alamnya, sehingga mereka menyiarkannya kepada yang lain, baik face to face maupun melalui teknologi informatika. Jadilah Bali semakin terkemuka. Yogyakarta memiliki modal pariwisata yang pantas didaya saingkan. Yogyakarta menyimpan pusaka budaya, pusaka alam, pusaka budaya dan alam, pusaka saujana. Kita sebut saja Candi Prambanan, Taman Sari, Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualam, Candi Kalasan, Candi Boko, Candi Sambisari, Museum Sonobudoyo, Museum Ullen Sentalu dan masih banyak lagi. Di samping itu masih ditemukan desa-desa dengan banyak potensi baik budaya tradisional, kerajinannya maupun keindahan alamnya. Pantai-pantai yang membujur dari ujung tenggara Gunung Kidul hingga titik paling barat Kulon Progo dengan ciri khas keindahan masing-masing, pantai sadeng, Kukup, Krakal, Wedi Ombo, Baron, Samas, Parang Tritis, Pandan Simo dan lainnya. Juga ada faktor hidden tourism capital lainnya. Pusaka-pusaka ini menjadi daya tarik bagi orang asing untuk datang ke sini. Lalu kenapa Yogyakarta masih menempati rangking ke-dua, bahkan itu pun masih ada daerah lain yang dianggap sebagai daerah wisata ke-dua, selalu setelah Bali.
Kalau kita melihat data kunjungan wisatawan yang datang ke Indonesia maka dapat dikatakan bahwa sejak tahun 1998 jumlah wisatawan yang masuk ke DIY mengalami penurunan. Pada tahun 1995 wisman yang datang ke DIY sebanyak 344.000; wisnus sebanyak 837.000. Pada tahun 1996 wisman yang datang 351.000; wisnus yang datang 901.000. Pada tahun 1997 DIY dikunjungi 277.000 wisman dan 638.000 wisnus. Pada tahun 1998 DIY dikunjungi 78.000 wisman dan 309.000 wisnus. Pada tahun 1999 wisman yang berkunjung ke DIY sebanyak 73.000; ada wisnus sebanyak 440.000 orang. Pada tahun 2000 wisman yang telah berkunjung sebanyak 78.000 orang dan wisnus sebanyak 540.000 orang. Sebanyak 92.000 wisman dan 739.000 wisnus berkunjung ke DIY pada tahun 2001. Pada tahun 2002 DIY dikunjungi wisman 90.777 orang dan wisnus sebanyak 888.360 orang. Pada tahun 2003 DIY dikunjungi wisman sebanyak 95.629 orang dan wisnus sebanyak 1.234.690 orang. Pada tahun 2004 DIY dikunjungi wisman 103.401 orang dan wisnus sebanyak 1.792.000 orang. Pada tahun 2005 DIY dikunjungi 103.488 wisman dan 1.850.683 wisnus. Pada tahun 2006 kunjungan wisman menjadi menurun hingga sebanyak 78.145 orang wisman dan 914.824 wisnus. Dari kunjungan-kunjungan tersebut, dapat dilihat bahwa 21,50 % wisatawan berkunjung ke situs-situs sejarah; 21,35 % ke peninggalan budaya; 19,46 % ke ekowisata; 5,53 % cenderung pada wisata belanja; 4,40 % untuk wisata malam, dan 3,53 % ke objek lainnya.
Dilihat dari data dia atas tampak ada penurunan wisatawan yang berkunjung di Yogyakarta sejak tahun 1998 - 2003. Kalau dilihat situasi saat itu memang Indonesia sedang terjadi masa transisi dari era Orba ke era reformasi, yang diwarnai dengan kericuhan-kericuhan. Ketika kunjungan itu sedang meningkat hingga 26,10 % pada tahun 2004, pada tahun 2006 kunjungan wisatawan turun hingga 50,57 %. Gempa bumi 27 Mei 2006, Merapi meletus sekitar bulan itu juga, masih pada saat yang sama juga tsunami di pantai selatan. Sebelum gempa pada bulan Juni-Oktober 2005, wisatawan yang mengunjungi Candi Prambanan mencapai 392.712 orang, setelah gempa bumi Juni-Oktober 2006 hanya ada 105.652 wisatawan yang berkunjung ke sana.