Berdasarkan berbagai sumber sejarah tentang gempa dan bencana, ditemukan bahwa bencana gempa 27 Mei 2006 di DIY dan Jateng bukanlah bencana pertama yang hebat di Yogyakarta, karena puluhan tahun yang lalu, bahkan ratusan tahun yang lalu telah terjadi gempa dan bencana yang dampaknya juga sangat besar. Bencana tersebut ada yang disebabkan oleh gerak lempengan bumi maupun kegiatan vulkanik Gunung Merapi.
Salah satunya yang terjadi pada tahun 1672 yang mana Merapi menghasilkan awan panas dan lahar hujan yang menelan korban 300 korban jiwa.
Kemudian pada tanggal 10 Juni 1867, pukul 04.30 pagi yang menyebabkan kerusakan dan kerugian di Yogyakarta. Banyak bangunan dan rumah-rumah roboh termasuk Tugu. Ada meninggal dalam gempa itu, yaitu 326 orang Jawa, 50 orang Tionghoa, 15 orang Eropa. Yang terluka 376 dari Jawa, 13 orang Tionghoa, dan 10 orang Eropa. Kerugian yang diderita kira-kira f 672.000. Gempa tersebut diakibatkan oleh kegiatan vulkanik Gunung Merapi.
Pada tahun 1930-1931 berupa letusan normal, aliran lava dan lahar hujan dengan korban 1369 meninggal. Kemudian pada tahun 1961, 1969, 1972/1973, 1994.
Siapa yang akan menyangka bahwa pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu itu akan terjadi gempa atau bencana yang pusatnya justru di arah selatan? Hari yang begitu mencekam. Bumi terasa gelap, gelap gulita. Ketika bangunan runtuh menyatu dengan tanah. Banyak jazad terpisah dari nyawanya ketika itu.
Skenario Tuhan yang di luar rencana manusia.
Berbagai media telah memberitakan tentang kemungkinan terparah dari menaiknya aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Setiap saat mereka memantau perkembangan Gunung Merapi. Penduduk sekitar Merapi pun telah menyingkir ke tempat pengungsian karena Pemerintah telah menyediakan barak pengungsian. Sejak empat bulan terakhir itu, kurang lebih 3.178 jiwa penduduk di Sleman Utara berusaha menghindari ancaman erupi Merapi. Hanya ada satu orang yang tidak mau mengungsi dari kediamannya, yakni Eyang Maridjan (anak-anak suka salah menyebutnya Mbah Marjan, karena ada iklan sirup Marjan), juru kunci Gunung Merapi yang konon telah dipercaya Pak Sultan HB IX untuk menjaga kehidupan Gunung Merapi hingga akhir hayatnya. Tidak seorangpun bisa membujuknya untuk meninggalkan kediamannya. Dengan firasat ilmu titennya dan semboyan "rosa-rosa" dia menjalankan prinsip hidupnya sebagai abdi yang akan konsisten sepanjang hidupnya terhadap titah yang diembannya dari Sang Maha Kuasa dan dari Sultannya.
Berhari-hari warga Yogyakarta terutama di kawasan utara hidup dalam was-was. Mereka mungkin telah membayangkan apa yang terjadi seperti dalam film "Volcanoes". Di mana di suatu daerah yang dulunya adem ayem telah digemparkan oleh ulah seorang anak setengah dewa. Penduduk menganggapnya gadis abnormal, titisan syetan. Untung ada tamu yang datang yang menangkap petunjuk-petunjuk mistik tentang akan meletusnya sebuah Gunung di wilayah tersebut. Mereka tidak percaya karena Gunung itu sudah mati, jadi tidak mungkin meletus. Dilihat dari rentetan lukisan anak gadis tersebut yang tersebar di gua, dapat disimpulkan kalau Gunung tersebut akan meletus pada saat purnama tiba. Kemudian anak gadis tersebut justru dipasung. Ketika tubuh gadis itu bisa terbang, mereka justru menuduh kalau dialah gadis titisan syetan, tetapi kenyataannya memang dia diberi kekuatan supranatural. Akhirnya apa yang disaksikan gadis itu terjadi dan gadis itulah yang pertama kali mengetahui ke mana dan di mana mereka akan menyelamatkan diri dari lava yang jatuh menyebar di sekitar Gunung Mati itu.
Warga Yogyakarta bagian utara khawatir tentang kemungkinan-kemungkinan larinya bebatuan dan lava, bahkan media telah menggambarkan jangkauan maksimal larinya lava. Ternyata kejadiannya lain, justru punggung Gunung ada yang ambrol.
Beberapa anak sekolah disibukkan dengan sholat dhuha di lapangan agar terbebas dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak baik. Ujian-ujian anak-anak sekolah dan kegiatan lain dirasa kurang tenang. Bahkan beberapa anak yang sekolah di dekat Gunung Merapi (sekitar Pakem) sudah tidak mau berangkat ke sekolah. Mereka takut ketika lagi belajar, Gunung Merapi meletus dan lahar mengalir sampai di depan sekolahnya. Konsentrasi belajar pun terbagi dengan perhatian terhadap Gunung Merapi yang bisa mereka lihat di jendela.
Sebuah sekolah yang baru berdiri di Yogya Utara, yang ingin memadukan pendidikan agama dan pendidikan modern sedang gencar dengan kegiatan pentas untuk mempromosikan sekolahnya ke beberapa desa. Salah satunya acaranya yaitu pentas membacakan arti Al Qur'an dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Melihat apa yang terjadi pada Gunung Merapi, seorang Guru mempunyai ide untuk mendeklamasikan terjemahan Surat Al Zalzalah. Beberapa hari kemudian anak-anak mementaskan pembacaan Surat Al Zalzalah berikut artinya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Yang jelas Surat Al Zalzalah dalam Al Quran kurang lebih bercerita tentang keguncangan, yakni hari ketika bumi diguncangkan dengan dahsyatnya, bumi mengeluarkan segala isinya, manusia hanya bertanya-tanya tentang apa yang tidak diketahuinya. Dan pementasan yang mereka lakukan selalu membaca Al Quran : Surat Al Zalzalah, terjemahan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Itu selalu pakai ayat itu, karena mereka sudah hapal.
Di luar nalar ketika seorang anak yang baru tenang-tenangnya belajar tiba-tiba mendengar suara genderang yang membuatnya takut sekali. Dia takut sekali dengan kejadian itu. Dia was-was, kalau terjadi sesuatu padahal dia belum mohon ampunan pada Tuhan. Dia justru membayangkan suatu kiamat.
Beberapa bulan kemudian, pagi 27 Mei 2006 jam 6 kurang sedikit (05.55 WIB) bumi Yogyakarta dan Jawa Tengah betul-betul diguncangkan dengan kekuatan 5,9 SR (BMG) dengan pusat gempa pada kedalaman 10 Km. Bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap. Semua berteriak dalam berbagai bahasa, "Oh my God........", "Duh Gusti.........", "Allahu Akbar.....Allahu Akbar" lari-lari ke luar rumah, kemudian bersujud, dan ada yang yang masih tertidur, dan ada yang baru memasak, menyiapkan diri hendak ke sekolah dan atau bekerja. Ada yang memutuskan untuk berangkat bekerja atau bersekolah dan ada pula yang tidak ingin pergi ke mana-mana apalagi setelah ada pengumuman melalui radio yang mengatakan bahwa akan ada gempa susulan. Semuanya melihat ke arah utara, jangan-jangan Merapi benar-benar meletus seperti yang diperkirakan beberapa media dan orang.
Waktu itu ada yang masih di dalam rumah, berbaring menunggu hari agak terang. Beberapa Ibu menyiapkan makanan di dapur. Ada juga yang sudah pergi kerja atau belajar. Akibatnya ya ada yang sempat lari menghindari bahaya, ada yang masih tertinggal.
SMS Estafet yang menyesatkan
Beberapa sekolah sedang mengadakan ujian tengah semester maupun ujian-ujian lainnya, jadi hari itu tidak libur. Guru-guru yang bertanggung jawab pasti datang pada hari itu.
Beberapa waktu kemudian seorang wali murid mengatakan kalau akan ada gempa lagi. Kemudian baru saja bicara begitu dia membawa hp yang ada SMS-nya bahwa telah ada beberapa orang tewas dalam kejadian itu dan air laut sudah bergerak ke utara sambil mbrebes mili (airmatanya mengalir). Spontan saja semuanya panik. Hal itu dipicu oleh situasi di sekitar, banyak kendaraan lari ke arah utara. Wali murid bingung dengan anak-anaknya, guru-guru juga bingung menyelamatkan muridnya. Keringat, air mata, bercucuran. Detak jantung berdetak kencang. Mereka sibuk menyelamatkan diri, terpisah dari keluarga. Ada anak yang hilang. Banyak kendaraan ditinggal sebelum dikunci. Mana waktu itu harus antri BBM. Sampai saat itu rakyat Yogya Utara tidak tahu dengan apa yang terjadi dengan saudara-saudaranya di arah selatan dan timur, sekitar patahan sesar Opak. Mereka masih bingung dengan isu tsunami. Orang yang di Jetis berkata kalau air sudah sampai Malioboro. Orang yang ada di Jatimulya berkata kalau air sudah sampai Wirobrajan. Banyak orang kebingungan mencari jalan keluar. Padahal ada banyak orang di wilayah selatan yang tidak kena dampak gempa (mukjizat) justru lagi bersantai di dalam rumah. Betapa kagetnya ketika melihat rumah penduduk di sekitarnya ambruk rata dengan tanah. Beberapa station HP off hari itu. Dua pihak yang dianggap sangat berjasa adalah stasiun radio dan Kantor Kepolisian. Dari merekalah kita tahu bahwa pada hari itu telah terjadi gempa hebat yang semoga tidak terulang kembali sampai ribuan tahun yang akan datang. Pusat gempanya ada dari arah selatan. Radio Sonora yang berhari-hari menemani warga Yogyakarta, baik yang di dalam tenda maupun sudah di dalam rumah. Selama berbulan-bulan warga Yogyakarta diserang shock berat, takut masuk rumah sendiri, tidak bisa tidur nyenyak, lebih baik tidur di tenda.
Berbulan-bulan memandang atap langit dan tenda, tidur di atas lantai tanah, makan nasi bungkus atau mie. Tenda adalah rumah kolektif mereka
Berita Kehilangan dan Kerusakan
Di Bantul ada sekitar 4.143 jiwa meninggal, ada 779.287 jiwa mengungsi. Rumah yang rusak total sebesar 71,763, rusak berat 71,372, rusak ringan 66,359.
Di Kota Yogyakarta ada 7.186 rumah yang rusak berat, 14.561 rusak sedang, dan 21.230 rusak ringan. Hal tersebut menyebabkan sekiatr 80.368 mengunsi tinggal di tenda.
Di Sleman, sekitar 95.865 keluarga kehilangan tempat tinggal, lebih dari 246 jiwa melayang, dan 3700 orang luka-luka. Kecamatan Berbah tercatat mengalami kerusakan terparah, disusul Prambanan dan Kalasan.
Kantung-kantung budaya (desa budaya dan desa wisata) yang ada di Kab Bantul, Gunung Kidul, Sleman dan Kulon Progo yang mengalami rusak, bangunan-bangunan pusaka menjadi lebih cepat rusak, karena sebelum gempa ada beberapa yang sudah rusak, misalnya rumah-rumah Joglo di Kotagede, Masjid Gedhe Mataram, Taman Sari, Komplek Candi Prambanan, Kraton, Tugu, Komplek Makam Imogiri, Puro Pakualaman, Komplek Candi Plaosan, Komplek Candi Lumbung, Komplek Candi Sewu, Kawasan Plered, Malioboro, Makam Bayat, Gerja Ganjuran, Masjid Agung Yogyakarta dan lain-lain.
Sukarelawan
Setelah kejadian itu warga masyarakat lainnya yang kebetulan beruntung, berusaha membantu para korban bencana.
Ibu-Ibu di kampung-kampung lain memasak nasi dengan lauk apa adanya untuk dikirimkan ke kampung korban gempa. Banyak orang yang mengumpulkan dana untuk dikirim di sana. Dari luar negeri berbondong-bondong sukarelawan gempa mengunjungi daerah korban gempa. Mereka ada yang membawa donor dari Negara mereka, ada yang merupakan dokter, ahli bangunan, dan lain sebagainya. Di sekitar rumah penduduk para sukarelawan ada yang mendirikan tenda atau rumah non permanet di sana. Ada pula yang tinggal di rumah teman-teman mereka yang ada di Yogyakarta.
Dari kabupaten Provinsi lain juga berdatangan secara kolektif maupun pribadi membawa truk untuk membersihkan reruntuhan gempa.
Sukarelawan yang Punya "Aji Mumpung"
Beberapa truk datang untuk membantu membersihkan reruntuhan gempa. Mereka bergotong royong dengan penduduk. Di sana ditemukan banyak harta korban gempa. Bisikan haluspun tidak terdengar, selain rasa keberuntungan menemuka barang mahal. Siapa yang menemukan dia yang memiliki. Harta benda tersebut ada yang lari ke kantung, namun bagi yang jujur pasti akan diberikan ahli warisnya. Sukarelawan tadi mengamalkan filosofi "Mu Pek" (ketemu dipek).
Bahkan ada yang pura-pura pinjam motor milik korban bencana, untuk membeli bahan material, lalu dibawa lari betulan.
Keajaiban di Tengah Gempa
Gempa telah menyibukkan banyak orang untuk upaya penyelamatan diri. Suara gaduh dan ribut telah mendorong seorang penderita stroke untuk ikut menyelamatkan diri. Dia berusaha berlari sekencang-kencangnya bahkan setelah isu tsunami segera meraih motor. Setelah kejadian itu dia terkejut melihat dirinya sendiri yang telah sembuh.
Dalam peristiwa itu rumah-rumah di satu desa bisa rata dengan tanah, tetapi ketika ada keajaiban, pasti ada satu atau dua rumah yang bisa terselamatkan, tetap bisa berdiri kokoh di antara reruntuhan itu.
Kisah Lucu Setelah Gempa
Banyak orang yang setelah gempa terjadi, tidak berani tidur di kamar tidur, pasti mereka menggelar kasur atau tikar di kamar depan, khawatir akan ada gempa lagi.
Di suatu rumah bersusun, tinggallah sebuah keluarga, waktu itu seorang anak baru berlari-lari di ruang atas, kemudian yang berada di bawah berteriak-teriak.
Gempa telah menjadikan pendengaran orang-orang Yogya menjadi semakin peka, bahkan ada truk lewat di depan rumah juga lari terbirit-birit ke luar.
Ketika satu sama lain bercerita, maka ada yang geli pada dirinya, oh waktu itu ada yang lagi mandi pakai sabun, sehingga waktu lari-lari keluar belum sempat ambil anduk, ada yang hanya pakai sarung, kemudian lari-lari takut gempa dan tsunami, bahkan ada yang sampai ke gunung hanya pakai sarung.
Setelah kejadian gempa itu, Guru di Sekolah yang baru di atas tadi, mengubah tema deklamasi, karena takut gempa lagi, maka pada pentas-pentas promosi sekolah selanjutnya mengambil Surat dalam Al Quran yang isinya memberi harapan. Contohnya terjemahan Surat At-Tien, Demi buah Tien dan Zaitun, Dan demi kota (Mekah) ini yang aman...................atau Surat An-Nashr yang menceritakan kemenangan dan pertolongan Allah, atau Al Kautsar yang menceritakan nikmat yang banyak.
No comments:
Post a Comment