Friday, 8 August 2008

Pahlawan kebudayaan di Radio

Dua dasawarsa yang lalu, lupa-lupa ingat, ada sandiwara radio yang sangat merakyat, akrab di telinga masyarakat Indonesia dari segala umur, dari SD sampai Ibu-Ibu. Semuanya nonton. baru masak, baru nyuci selalu bawa radio, pokoknya ke mana-mana selalu membawa radio. Anak-anak sekolah juga sudah memasang telinga di radio pada jam-jam tertentu. Yah, Serial Sandiwara Radio SAUR SEPUH. Anak-anak sekolah menjadi malas mengikuti pelajaran tambahan di sekolah kalau sudah ada sandiwara ini. Setiap stasiun radio memiliki jadwal tersendiri akan serial ini. Jadi kalau ketinggalan cerita dari misalnya Retjo Buntung, langsung nanti mencari di GCD. Kalau liburan biasanya sambil mendengar sandiwara itu, juga main jual-jualan, atau sekolah-sekolahan.

SAUR SEPUH tidak terlupakan. SAUR SEPUH ditulis oleh Niki Kosasih. Kenapa dia menulis cerita ini? Padahal ada tv yang menawarkan film-film Hollywood yang bagus, Polisi CHiPS, Superman, Robyn, Batman, Disneyland, pokoknya sangat pasaran sekali. Dengan berani Niki Kosasih bekerjasama dengan Sanggar Prativi atau Sanggar Cerita (dua sanggar yang terkenal saat itu), dan PT Kalbe Farma me-release Sandiwara Radio Saur Sepuh. Di dalam hati Niki Kosasih memang sudah ada niatan untuk membuat karya yang monumental, dia ingin berkata, lo ini kita juga punya tokoh yang sakti seperti superhero Amerika. Kita juga punya Brama Kumbara. Dia punya banyak ajian / ilmu kesaktian yang melebihi Superman. Ini lho kita punya Mantili yang melebihi Catwoman atau Wonderwoman. Dia ingin emngatakan seperti itu. Dan itu bertahan sampai lama, hingga puncaknya diproduksi filmnya. Oh, kalau di Amerika para pahlawannya naik pesawat, pahlawan kita naik burung Rajawali Raksasa, dia bisa diundang oleh orang yang baik dengan siulan.

Niki Kosasih telah berbuat untuk menyelamatkan budaya lokal dari gencetan budaya lain, yang termuat di dalamnya strategi perang, filosofi ilmu, filosofi kebaikan. Masih ingat waktu itu frase-frase yang diucapkan oleh para pengisi suaranya dan kandungan-kandungan diaolog di dalamnya :

"Wahai jagad Dewa Bathara"

"Di atas langit pasti ada langit"

"Mencari ilmu hingga ke negeri China"

"Di mana berada selalu membela kebenaran"

"Mau memilih mana, dipatuhi rakyat karena ditakuti atau dicintai rakyat karena dicintai (kharisma di dalamnya)"

"Melindungi bekas musuh itu suatu kebaikan"

Niki Kosasih mengambil nama-nama cantik untuk penokohannya. Tokoh utama adalah Brama Kumbara dan Mantili. Brama Kumbara memiliki seorang isteri bernama Dewi Harnum dan memiliki anak bernama agak lupa nih namanya "Yamadipati?". Oleh karenanya dia menemukan seorang janda dari Kerajaan Blambangan yang membutuhkan perlindungannya kemudian memperisterinya sebagai permaisuri bukan selir dan mengangkat kedua putranya menjadi putra-putri kandungnya. Tokoh-tokoh ini tinggal di Kerajaan Madangkara.Walaupun Raden Bentar sangat menonjol dalam kepemimpinannya, dan pintar, Dewi Paramita selalu menolak kalau anaknya itu dijadikan Raja karena merasa itu hak anak Dewi Harnum. Dewi Paramita lebih suka tinggal di Jamparing daripada di istana. Brama itu menjadi Raja yang sangat dicintai rakyatnya karena mampu mengkonsolidasikan seluruh kekuatan di Kerajaannya dengan penuh cinta. Brama Kumbara memiliki adik bernama Dewi Mantili. Dia membela kebenaran dengan pedang syetan dan perak. Memang radio waktu itu mampu memancing imaginasi para pendengar. Mereka membayangkan bagaimana ya Brama Kumbara beradu kesaktian.

Tata musiknya juga nyaman didengar. Saya punya adik kelas namanya Obeth, dia itu sampai hapal salah satu potongan musik dalam serial itu.

Selain jalinan cerita yang indah, juga kekhasan pengisi suaranya. Elly Ermawati dengan lantangnya menjadi Mantili. Feri Fadli yang kalem menjadi Brama Kumbara. Maria Untu yang keibuan memerankan Dewi Paramita. Petrus yang suaranya agak kuat menjadi Gutawa. Ivone Rose yang suaranya mendayu-dayu menjadi Lasmini sang perayu, wanita pesolek kelas berat. Suara mereka itu begitu khas sekali, mungkin saat ini tidak bisa ditemukan suara-suara itu, yah dimakan usianya. Elly Ermawati tidak mungkin lagi hyat-hyat lagi. Dia lebih suka menjadi Ibu yang kalem.

Hanya saja ketika ada filmnya, imaginasi pendengar tentang film itu menajdi buyar dan maaf lho ada sedikit kejanggalan. Sebenarnya memang kejanggalan cerita juga terjadi dalam setting sejarah. Itu di radio sudah terjadi, tetapi imaginasi pendengar begitu melambung saat di radio sehingga menutupi kejanggalan setting sejarahnya. Ketika di film burung Rajawali seperti kurang hidup. Ini berbeda sekali dengan film-film buatan Amerika. Kalau diproduksi lagi semestinya kru-krunya belajar animasi, teknik tata aksesorisnya yang mendekati nyatanya. Kita itu mbayangin rajawali kendaraan Brama itu besar dan galak, punya sesuatu kekuatan, pokoknya hiduplah, ettapi ketika di film kok seperti patung burung yang dijalankan mesin.

Selain Saur Sepuh, kemudian ada Misteri Gunung merapi, Misteri Nini Pelet, Ibuku Sayang Ibuku Malang, Kelompok Empat, Suramnya Bayang-Bayang. Tersebutlah SH Mintarja, Edi Suhendro.

Mungkinkah Saur Sepuh diproduksi kembali dalam bentuk kartun atau film kolosal yang lain, hanya saja dengan tata musik seperti aslinya di radio, cuman teknik produksi filmnya mengikuti teknologi modern sehingga kejanggalan-kejanggalan di dalamnya bisa dikurangi, sehingga memuaskan daya imaginasi para pemirsanya. Avatar itu tidak berbeda dengan Saur Sepuh. Di dalamnya cerita silat, ada filosofi di dalamnya, tetapi mampu mengemas cerita itu dalam bingkai yang enak ditonton, tidak membosankan. Mungkinkah Saur Sepuh diproduksi lagi, kalau dalam bentuk kartun ya dengan tata grafis yang modern, tata musik yang pas, tata warna gambarnya juga bagus, pengisi suaranya juga khas, mirip dengan dubber yang dulu. Kalau dibuat film kolosal lagi ya menggunakan teknologi modern yang mampu menciptakan sesuatu seperti nyata adanya.

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan