Ternyata dunia itu bukan tempatnya orang bertobat. Buah khuldi itu terus di bawa oleh anak keturunan Bapak Adam dan Ibu Hawa. Buah khuldi memang membawa aroma yang nikmat. Di mana Eyang kita menyimpan buah khuldi itu, padahal Tuhan telah murka.
Manifestasi dari buah khuldi itu banyak jenisnya dan sering dijumpai dalam kehidupan sekarang. Kenikmatan sesaat yang berfatamorgana untuk kehidupan selamanya.
Waktu itu ada dua orang anak muda sedang belajar bersama di suatu ruangan. Kemudian pemudanya pamit untuk mandi, sementara ceweknya melihat-lihat kamarnya. Ketika pemuda itu selesai mandi, dia berganti di kamar tanpa dia sadari ada cewek di kamanya. Cewek itu sedang menikmati empuknya kasur kamar cowoknya. Keduanya bertemu di kamar itu saling melemparkan pandangan blizter-nya. Entah apa yang terjadi di sana. Ruangan yang sempit itu terasa luas sekali, mereka serasa terbang di langit, bergulung-gulung di rumputan dan bebungaan. Indahnya dunia......saat itu.
Beberapa bulan kemudian, ceweknya mengeluh sering pusing-pusing dan ingin muntah, mual-mual, dan kenapa tidak haid bulan itu. Mau bertanya kepada orangtuanya, dia malu, atau ortunya sibuk. Kemudian ketika mengeluh ke cowoknya, dia merasa tidak berbuat, atau bukankah mereka masih anak sekolah. sekolah tidak boleh sambil menikah atau menikah tidak boleh sambil sekolah, kecuali kalau kuliah. Si cowok minta digugurkan kandungan ceweknya itu karena belum siap. Apakah dengan diaborsi atau tidak suatu noda hitam itu bisa hilang? Jika keduanya bersikeras bertahan, apakah mereka kuat mental menghadapi rasa malu. Tapi mereka sadar kalau masyarakat tidak akan membuat malu selamanya selama mereka bisa merayu masyarakat. Sebutan anak jadah atau haram itu tidak akan selamanya disandang seorang anak, karena anak itu tidak berdosa. Dosa orangtuanya akan dilupakan oleh masyarakat dengan sendirinya.
Dulu orang selalu menganggap desa adalah tempatnya yang baik-baik, sedangkan kota tempatnya orang jahat-jahat. Orang kota itu matre, ego, tidak peduli sesama, perempuannya genit-genit, pesolek, tempatnya para koruptor, tempatnya playboy dan poligam, dan banyak lagi julukan agi masyarakat perkotaan. Sedangkan orang desa itu tempatnya orang polos-polos, tidak mengenal dosa, orangnya tidak doyan uang.
Kalau kita hanya melihat kacamata sesaat memang hal itu akan tampak, tetapi ketika kita menjalani hidup dalam durasi yang sama-sama lamanya di dua wilayah tersebut maka di desa maupun kota tidaklah berbeda, kalau selsih ya sedikit dan berbeda modusnya.
Yang tampak jelas adalah :
Jiwa matre
Berapa sawahmu, berapa hektar, berapa anakmu yang sudah jadi orang, bentuk rumahmu, berapa harta kekayaannya, suami/istri anakmu keturunan apa, priyayi atau biasa.
Kalau di kota yang ditanyakan mobilnya merknya apa? Tinggal di real estate mana? Tinggal di apartemen mana? Kerja di Bank yang mana? Tabungannya berapa? Rumahnya model apa? Anaknya dikursuskan di mana?
Tidak heran kalau tidak di desa dan di kota pasti ada saja Ibu-Ibu yang memakai gelang besar, kalung dengan bandol besar, giwang dan anting yang gemerlap, bajunya yang mahal. Kadang-kadang penampilan itu dipaksakan untuk menjaga gengsi. Misalnya dengan berhutang ke kerabat jauh, dengan meminjam milik yang lain, tanpa memikirkan beban di masa mendatang.
Sederhana diidentikkan dengan tidak punya. Kalau orang punya pasti ya hidup mewah. Kalau tidak hidup mewah berarti miskin.
Frustasi total
Banyak pengangguran. Para sarjana kalah dengan lulusan SLTA dalam pekerjaan dalam mengumpulkan harta benda. Ketika itu di sebuah perusahaan swasta ada pengangkatan karyawan. Mereka memasang iklan di koran besar-besar. Alhasil banyak pelamarnya di sana. Semuanya mengikuti tes seleksi dari tertulis sampai wawancara, tetapi yang diangkat adalah dua kerabat managernya yang tidak dites dan berasal dari luar daerah di mana perusahaan itu berada. Hukum sebab akibat tidak berlaku, siapa yang lulus tes diterima, itu tidak diberlakukan.
Waktu itu saya sedang ngobrol dengan seorang personalia sebuah supermarket, bahwa mereka mencari karyawan yang tingginya di atas 165 CM. Bagi yang kurang tingginya bisa ditambahkan dengan uang, bagi yang tidak dapat nyogok ya menyerahlah dengan hukum alam. saya berusaha menawar,"Mbak apa hal itu tidak bisa ditolerir, fisik itu pemberian Tuhan yang nggak bisa ditolak, tetapi kemampuan seseorang itu mahal harganya...". Dia hanya diam. Jawabannya "tidak" tetapi tersirat dari bibi tipisnya. Kalau saya Calon Arang akan saya rubah semaunya itu, bahwa siapa saja berhak bekerja, hanya kecerdasan dan kemampuanlah yang mempengaruhi profesionalisme. Banyak orang yang tidak cantik harus kecewa jika mencari pekrjaan. Sepintar apapun disamakan pembantu.
Di dalam agama dikenal dalam perjodohan itu ada prasyarat iman, kecantikan/ketampanan, kekayaan, kedudukan. Akan tetapi yang menonjol adalah kecantikan dan kekayaan.
Banyak orang-orang belajar tidak dihargai ilmunya, makanya banyak murid durhaka kepada gurunya, anak durhaka pada orangtuanya.
Waktu itu di jalan raya seorang cewek manis dan seksi menyerempet Ibu-Ibu yang berboncengan. Kontan saja banyak orang yang datang dan menolong, tetapi yang dilihat dulu si cewek manis dan seksi itu, dan dibela-belain agar Ibu-Ibu yang jadi korban itu meminta maaf. Orang yang lebih tua disuruh minta maaf kepada yang lebih muda kalau bersalah itu sportif, tetapi kalau diserempet kok malah disuruh minta maaf, kalau sakit berobat sendiri, kalau yan sakit si cewek manis dan cantik itu si Ibu yang harus mengobatkan. Kalau motor si gadis itu rusak maka si Ibu yang harus mengganti, sedangkan kalau motornya si Ibu yang rusak maka dimaklumkan saja.
Ladunya...................
Di desa-desa banyak gadis malu menyapu halamannya karena pekerjaan itu kayak pekerjaan babu. Kalau ada anak yang rajin melakukannya maka yang lain akan seloroh,"Wooo babune nyapu.....". Mencuci piring sendiri juga, mengepel, itu pekerjaan babu. Kenapa kita itu berhenti tergantung kepada pembantu, kecuali memang untuk membantu orang lain.
Sayangnya banyak pembantu yang kemayu, gayanya melebihi majikannya.
Ladunya.....................
Sawah-sawah ditinggalkan pemiliknya, dijual diganti realestate untuk membeli mobil, biaya membangun tempat tinggal.
Agama ada tetapi dijalani tanpa penghayatan. Pancasila hafal tetapi tidak ada penghayatan dan pengamalan. Selingkuh dan poligami merajalela tidak di desa maupun di kota. Orang-orang yang sudah tua yang sudah mendekati uzur sibuk menceraikan isterinya untuk menikah lagi dengan yang lebih muda. Cinta abadi hanya mitos dan legenda. Cinta hanyalah ketika masih muda, dengan pandangan fisik saja.
Pandangan matre mewarnai cara hidup dan bersikap. Semuanya menjadi "sendu" (seneng duit). Ada seseorang yang diminta mengaku punya harta untuk tujuh turunan agar tidak dihina atau disepelekan orang. Orang untuk didengar atau dipilih harus punya harta dan keindahan fisik.
Sungguh-sungguh ladunya.................................
No comments:
Post a Comment