Tuesday, 14 October 2008

Mencari Makna Dongeng Bapakku

Malam merupakan sesuatu yang mengerikan, selalu gelap, selalu terdengar katak "ngorek" di dekat rumpun bambu di pojok belakang pekarangan rumah, apalagi ketika tiada penerangan yang menyala, hanya petromaks. Yang selalu kunantikan adalah dongengan Bapak baik dongeng rakyat dari mulut ke mulut maupun yang diambil dari majalah bahasa Jawa,"Djaka Lodang". Entahlah telinga ini hanya dapat tidur kalau sambil mendengarkan bunyi-bunyian, kayak musik ataupun cerita/dedongengan. Beliau yang telah menguliahkan aku itu selalu mendongeng pada malam-malam di masa aku kanak-kanak.

Cerita pertama menceritakan kleting Kuning, kleting Abang, Kleting Jingga, Kleting Ijo dengan Mbok Randha.

Pada zaman dulu tinggallah di sebuah desa yang jauh dari perkotaan, sebuah keluarga, yaitu Mbok Randha dengan anak-anak gadisnya, serta seorang anak gadis tirinya. Anak-anak gadisnya bernama Kleting Abang, Kleting Ijo, Kleting Biru, Kleting Jingga, dan anak tirinya bernama Kleting Kuning.

Anak-anak kandung Mbok Randha memiliki hobi bersolek-berdandan, berhura-hura ke sana ke mari, mencari lelaki ke mana-mana, dan memang sengaja dimanjakan oleh Ibunya. Sedangkan anak gadis tirinya sengaja disuruh kerja keras, diremukkan kecantikan fisiknya, dapat diumpamakan bersolek dengan arang dapur, berbedak debu, berbody lotion dengan lumpur.

"Kleting kuning, cuci perkakas dapur ini sampai bersih seperti baru.................." teriak Mbok Randha.

"Lho, ini sudah hangus semua, arangnya sudah melekat di perkakas dapur............." kata Kleting Kuning.

"Pokoknya aku nggak mau tahu, semuanya harus menjadi aru lagi........................" bentak Mbok Randha.

Kleting Kuning hanya bersedih karena tidak mampu membuat sesuatu yang sudah aus menjadi baru lagi. Di pinggir sungai dia hanya termenung, ketika tiba-tiba datang seekor binatang, bangau tontong. Binatang itu menyapa,"Orang ayu kenapa kamu menangis?" Kleting kuning menjawab,"Saya harus menjadikan semua yang berhangus ini menjadi baru, mana mungkin?". Bangau tontong segera menjadikan barang-barang itu baru. Kleting kuning dapat pulang dengan lega tanpa diomeli oleh Ibu tirinya.

Begitulah tiap hari Kleting Kuning diminta mengerjakan pekerjaan irrasional tanpa boleh membantah, sampai ketika Kleting Kuning dipaksa untuk menyembelih daging bangau tontong yang telah menghiburnya.

Bangau tontong justru menyuruh agar Kleting Kuning jangan sungkan-sungkan untuk menyembelihnya. Dengan berat hati dan linangan air mata Kleting Kuning menyembelih bangau tontong, mencabuti bulu-bulunya, memotong-motong dagingnya. Keajaiban muncul, dari potongan badan bangau tontong itu muncul sesosok manusia dewa,"Wahai Kleting Kuning, gak usah nangis, aku sesungguhnya diutus yang Maha Kuasa untuk melindungimu, dan yang terakhir ini aku serahkan sada lanang (lidi pria), kalau kamu pukulkan ke suatu benda maka akan mempermudah hidupmu..........."

Kleting kuning bersimpuh dan mengucapkan terima kasih.

Sementara itu di rumah, anak kandung Mbok Randha lagi sibuk bersolek bersiap-siap mau melamar untuk menjadi istri Ande-Ande Lumut.

Mereka sudah pagi-pagi bersiap dan segera ke tempat Ande-Ande Lumut. Mereka nggak mau keduluan yang lain. Sungguh malang mereka harus menyeberang sungai yang banjir. Mana mau busana dan dandanan mereka basah kuyup, bagaimana nanti Ande-Ande Lumut.

Dari sungai muncul Yuyu kangkang (kepiting jantan), dia dirayu untuk menyeberangkan gadis-gadis itu ke desa seberang sungai, dan yuyu kangkang minta upah ciuman. Akhirnya mereka naik di atas punggung yuyu kangkang setelah memberi tips yang memuaskan kepada yuyu kangkang.

Sedangkan Kleting Kuning pulang-pulang melihat tidak ada saudara-saudaranya bertanya-tanya,"Mbok, di mana saudara yang lain.............."

"Mereka lagi nglamar Ande Ande Lumut, kamu nggak pantas, nggak level, kamu hanya anak tiri..........."

Kleting kuning membujuk Mbok Randha agar mengizinkannya ke sana, Mbok Randa mengizinkan dan Kleting Kuning dibedaki segala kotoran dengan busana yang tidak sepantasnya.

Di sungai yang banjir tidak seorangpun menolongnya, dengan sada lanangnya sungai menjadi kering dan yuyu kangkang yang menghinanya bertobat padanya.

Di rumah Ande-Ande Lumut, para anak kandung Mbok Randha tertolak dengan alasan mereka telah jual murah pada yuyu kangkang. "Bunda, biarpun mereka cantik tetapi telah dicium (!) oleh yuyu kangkang..........."

Ketika Kleting Kuning tiba, tidak seorangpun mau membukakan pintu bahkan Ibunya Ande-Ande LUmut, tetapi Ande-Ande Lumut justru berlari menyambutnya dan segera membersihkan seluruh badannya sehingga kharisma putrinya kelihatan.

Akhirnya Kleting Kuning berbahagia bersama Ande-Ande Lumut.

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan