Monday, 20 October 2008

Never Ending Kancil (1)

Selain Bapakku, yang gemar bercerita adalah Nenekku (dia itu menganut dinamisme dan animisme, dan kejawen, hayo). Bapakku dan Nenekku sama-sama senang mendongeng. Mereka secara bergantian mendongengiku cerita fabel, kancil, Ande-Ande Lumut, Bawang Merah Bawang Putih, Ayam Jantan dan Kambing, dan masih banyak lagi cerita rakyat yang dapat aku kenal sampai sekarang, walau lupa-lupa ingat. Mereka bumbui cerita-cerita itu tiap malam, hingga aku ketagihan untuk selalu didongengin hampir tiap malam sehabis belajar menjelang bobok. Kalau tidak mendongeng, ya membacakan cerita dari Djaka Lodang untukku dan saudaraku, tapi kayaknya saudaraku kurang perhatian soal cerita-cerita ini. Cerita yang yang tak pernah berakhir adalah kancil, hampir tidak pernah berakhir, aku selalu menunggu endingnya bagaimana, pokoknya lama sekali.

Never Ending Kancil

Kancil binatang yang sangat survival terhadap lingkungannya, kecerdasannya mengakibat dia berhasil menghadapi lawan-lawannya, membantu kawannya, mengerjain lingkungannya dan menang dari seleksi alam.

Diceritakan bahwa suatu hari pagi-pagi yang indah, embun di sana sini, kancil berjalan menyusuri tepi hutan, ternyata hamparan air yang mengalir deras di sebuah sungai di depannya. Keinginannya untuk mengembara di kampung seberang terhalang banjir.

Kancil berpikir bagaimana caranya agar dapat menyeberangi banjir. Baru saja berpikir, tiba-tiba raja sungai, buaya datang,"Heiiiii, Cil, Dari mana Mau kemana?"

"Dari tadi mau ke seberang sana, tapi banjir................" jawabnya.

"Halah, ngapain ke sana, mendingan membuat hatiku bergembira.........................." kata buaya.

"Maksud dikau apa?" tanya kancil mencoba membaca raut muka buaya yang mulai aneh dan air liurnya meleleh.

"Aku sudah berhari-hari hanya makan lumut sungai, dan ikan-ikan kecil, aku mau yang berdaging, nah yang berdaging khan kancil, mau khan menolong temanmu ini, katanya mau masuk surga menemani Kanjeng Nabi Sulaiman.................." bujuk buaya.

"Huzzz, jangan menyangkut-nyangkutkan dengan beliau, pamali, oke, teman, aku mau kamu makan, tapi kamu tau khan, daging kancil itu langka, kenyal, enak, kalau teman-temanmu tidak kebagian, nanti mereka bakal makan kamu lho......................."

Tinggal sekali siulan tak lama kemudian buaya mengajak teman-temannya untuk mendengar omongan kancil.

"Saudara-saudaraku para buaya, salah seorang temanmu akan mengajak kalian berpesta atas dagingku, karena itu aku harus menghitung kalian satu persatu, berbarislah semuanya, cepat, sebelum aku berubah pikiran, karena nanti tidak akan ada lagi binatang berdaging yang mau lewat sini..................." kata kancil.

"Oke!", "oke", jawab mereka sambil bersiap berjajar sampai ke tepi seberang.

Kancil mulai menghitung,"satu...dua.....tiga....lima............................"

"Salah Cil, setahuku dari Guru para buaya sehabis tiga itu ya empat..............." sahut seekor buaya.

"Yupp, oke, kita ulang ya, satu dua tiga,............................................" Kancil menghitung hingga ke seberang, setelah itu dia lari tunggang langgang.

Di dekat rumpun bambu dia beristirahat karena kecapekan. Baru aja menghirup udara segar, tiba-tiba harimau datang. Dapat diibaratkan lepas dari mulut buaya, terjebak di mulut harimau.

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan