Jalan-jalan ke Malioboro meninggalkan kenangan tersendiri bagi siapapun. Malioboro diabadikan dalam lagu-lagu seperti yang dinyanyikan Nicki Ukur dan Ratih Purwasih (Ada lagu yang terindah di Malioboro, lagu cinta antara kau dan aku............................), Ebieth G. Ade, Katon Bagaskara, walaupun secara khusus tidak menunjuk Jalan Malioboro, tetapi isi dari lagu itu menceritakan suasana Malioboro, jantung kota Jogjakarta. Malioboro terbentang dari tetek sepur hingga Vredeburg. Jalan Malioboro ke selatan langsung menuju Alun-Alun Utara Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat.
Di sepanjang jalan Malioboro banyak orang berjualan souvenir, kain batik, tas, kaos dagadu dan sebagainya, mereka berjajar di depan emperan mall, toko-toko, supermarket. Sepanjang jalan ramai orang lalu lalang dan menawar barang.
Setelah kita menyusuri Malioboro, maka di bagian selatan Malioboro ada semacam supermarket, kita sebut saja MIrota Batik. Mirota Batik berseberangan dengan Pasar tradisonal Beringharjo. Kalau di Malioboro dan Beringharjo, harga-harga barang dagangan dapat ditawar, di Mirota Batik sudah tertera di barang. Sebelum kita masuk ke Mirota Batik, di depannya ada kereta klasik dengan aroma bunga setaman dan bakaran kemenyan, entah atau cendana, kesan klasik itu terlukis di sana, lupakan kesan mistik itu ya. Kemudian ada pelayan-pelayan yang memakai busana tradisional Jawa. Jangan berharap Anda ke sana mencari gadis-gadis semok, denok, bahenol, atau semacamnya, yang ada adalah perempuan-perempuan yang berbusana tradisonal. Mirota Batik hendak menjual barang bukan menjual perempuan cantik. Mirota Batik menyediakan kain-kain batik, lukisan para leluhur Mataram, pernak-pernik souvenir dengan nuansa mistik dan budaya Nusantara. Di lantai dasar, begitu masuk kita disambut seorang pemuda yang menurut saya sangat menawan, dia bertugas di bagian penitipan barang, kemudian kita berputar mencari baju atasan, baju bawahan. Di lantai berikutnya, di tangga kita disambut oleh lelaki dan perempuan yang berpakaian Mataraman, ada bunga setaman di sampingnya. Kita akan temukan mesin penghitung uang atau semacam mesin uanglah warisan zaman kolonial. Kita akan temukan pernak-pernik artistik, barang-barang kerajinan, tas, kotak perhiasan, patung-patung, alat garuk, jamu, makanan. Di setiap lantai ada batik. Di lantai atas ada restoran yang menyediakan aneka hidangan. Di lantai dua ada seorang perempuan yang membatik. Di depannya ada malam, wajan pembakaran malam. Di sampingnya berdiri sepeda onthel. Mirota Batik merupakan supermarket yang bernuansa budaya Mataram.
No comments:
Post a Comment