Pasti rekan-rekan multiplier pernak melihat, melirik acara humor di Trans 7 setiap malam pada jam delapanan, Opera Van Java. Bagi yang ingin melepaskan kegundahan, capek akan terhibur dengan Opera van Java. Opera van Java menampilkan Parto sebagai dalang tetap (karena sering ada dalang tamu), Dewi Gita dan Rina sebagai sinden (penyanyi), kelompok musik tradisional, Andre stinky, Sule, Nunung, Aziz gagap, mpok Nori (harusnya Eyang Nori), dan bintang tamu lainnya.
Temanya berganti-ganti, dalam bulan Ramadhan tayang dua kali, live dan non live. Ceritanya mengambil lakon di cerita rakyat, film-film yang pernah edar, namun dikemas dengan humor. Hampir mirip ketoprak humor, lenong, tetapi lebih kontemporer, hanya ceritanya kadang-kadang sudah lama, seperti Jaka Tingkir, dan lainnya.
Salah satu unsur kelucuan di dalamnya adalah ketika para pemain mulai menyimpang dari benang merah, yang suka membuat Parto sewot. Pasti Parto akan naik panggung dan memukul Sule dan Aziz yang paling sering jadi biang kerok. Nunung dan Andre suka latah ikut-ikutan. Aziz adalah korban kekerasan dalam lakon-lakon opera van Java, maksud saya bukan kekerasan sesungguhnya, lha wong mukulnya aja pakai kayu dari gabus kok. Ketika baru tiba pada benang merah, cerita utama, tiba-tiba Sule atau Aziz atau Andre punya ide untuk menyimpang dengan cerita yang lain, permainan yang lain, di situlah ada kelucuan-kelucuan, bahkan kadang-kadang dalang ikut jadi latah melewati benang merah.
No comments:
Post a Comment