Menurut logika semestinya bulan puasa itu adalah bulan pengurangan makanan, soalnya selama sebulan orang harus menahan makan seharian, tidak ada jadwal jajan. Mau jalan-jalan juga lemas, mau belanja membawa barang banyak juga berat kurang tenaga. Anak-anak yang biasanya merengek minta dibelikan makanan, menjadi terkunci mulutnya karena harus berlatih puasa.
Paling tidak ngirit, misalnya biasanya uang jajan buat anak-anak mereka 10 000 kali 30 hari, kira-kira 300 ribuan, dengan bulan Ramadhan lebih ngirit.
Kalau biasanya sehari menghabiskan dana 50 000 untuk makanan, semestinya agak berkuranglah.
Ternyata puasa tinggal puasa, aktivitas konsumsi hanya berganti waktunya, yang biasanya siang hari, berganti malam hari hingga dini hari. Lauk pauk tidak cukup seperti biasanya, katanya tidak enak mulutnya, buka dan sahur semaunya tanpa lauk. Buah-buahan juga tidak cukup pisang, butuh orange, apel, klengkeng. Minuman harus ditambah vitamin, susu-susuan. Pokoknya mau ngirit malah ngorot.
No comments:
Post a Comment