Gambar 1. dakon kayu (ditemukan di dusun budaya Brayut)
Dakon adalah sejenis permainan tradisional yang sangat membudaya di dalam masyarakat Jogja pada masa lalu dan sekarang sudah jarang ditemukan anak bermain dakon. Dakon yang sebenarnya merupakan permainan dengan papan kayu yang berlubang berhadap-hadapan, lubang kecil dan lubang besar (lihat di gambar 1). Lubang kecil berhadap-hadapan, jumlahnya 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, dan seterusnya, semakin banyak, semakin lama durasi permainannya, dan semakin rumit hitungannya. Lubang besar berfungsi sebagai lumbung yang hanya boleh diisi oleh yang memiliki. Dakon dimainkan oleh dua orang anak, dan biasanya dilakukan anak perempuan. Dua orang bermain berhadap-hadapan, dimainkan dalam keadaan duduk.
Kita misalkan jumlah lubang kecil ada 14, berarti masing-masing pemain harus mengisi 7 lubang kecil di depannya dengan biji sawo kecik yang jumlahnya sesuai kesepakatan, semakin banyak semakin lama permainan usai, misalnya masing-masing lubang kecil diisi sepuluh biji. Lubang besar sebelah kanan adalah lubang lumbung masing-masing pemainnya dan dilarang mengisi lubang lumbung orang lain kecuali kalau mau kalah. Sebelum bermain biasanya ping sut dulu, adu jari. Jari telunjuk nilainya manusia, kelingking nilainya semut, ibu jari nilainya gajah. Sembunyikan jarimu sebelum teracung ke depan. Jika jari pemain satu mengacungkan ke depan jari telunjuk, sedangkan pemain kedua mengacungkan ke depan jari kelingking, berarti manusia melawan semut, maka manusia yang menang, sehingga pemain satu dapat giliran duluan.
Pemain satu mengisi lubang-lubang kecil di depannya, lubang lumbungnya dan lubang-lubang di hadapan pemain dua, dengan biji sawo kecik, satu persatu. Jika biji terakhir jatuh di lumbungnya, maka permainan digantikan pemain ke dua, tetapi bila jatuh ke lubang kecil lainnya, permainan di lanjutkan, dia mengambil biji sawo kecik di lubang terakhir, dan diisikan memutar lagi satu persatu hingga biji terakhir. Setiap lubang kecil yang kejatuhan biji terakhir, pasti isinya akan terkuras dan terisikan ke lubang lain, dan itu terus menerus hingga seluruh lubang kecil tidak ada bijinya. Jika biji terakhir masuk ke lubang yang kosong di lajur miliknya, maka pemain satu dapat mengambil isi lubang yang berhadapan milik lawannya. Jangan biarkan mengisi biji ke lumbung lawan, jangan biarkan banyak biji yang jatuh ke lubang-lubang kecil lawan. Setelah semuanya habis, setiap pemain menghitung jumlah perolehan yang ada di lumbungnya. Kemudian diisikan lagi ke selajur lubang-lubang kecil di depannya. Kalau ternyata lajur lubangnya ada yang kurang dari 10 biji, itu berarti ngacang, semakin banyak lubang yang isinya kosong atau kurang dari 10, maka semakin banyak ngacangnya atau lubang "mbero" (lubang tidak terisi). Lubang kacangan ini tidak dapat diisi oleh lawan, kecuali kalau lawan ingin kalah main. Lubang mbero tidak boleh diisi oleh yang punya, karena bijinya akan diambil lawan, tetapi kalau lawan mengisi lubang mbero ini maka lubang mbero akan hidup dan dapat dimainkan. Demikianlah terus menerus.
Kalau tidak ada alat dakon dari kayu, maka alternatifnya dengan menggambar lubang di tanah, atau melubangi tanah. Kalau di lantai semen ya dengan menggambar lubang di sana dengan kapur. Bijinya dari batu-batu kerikil. Permainan dakon pada masa sekarang disubstitusi dengan peralatan dari plastik. Selamat menembus masa lalu dengan bermain dakon.
No comments:
Post a Comment