Banyak sekali film-film yang bersetting masa lalu (klasik). Contohnya : Titanic, Robynhood, Dragon heart, Isaura, Xena, Hercules, Samson dan lain-lainnya. Kalau di Indonesia seperti Jaka Tingkir, Si Buta dari Gua Hantu, Wiro Sableng, Tutur Tinular, Saur Sepuh. Ada juga dari Asia : Oshin, Orin, Dae Jang Geum, White Snake Legend.
Apa sih lucunya? Apa karena film-film itu membuat kita tertawa. Oh, bukan, karena ada beberapa keanehan yang membuat kita tertawa, ketidaksesuaian-ketidaksesuaian dengan keadaan zamannya.
Menurut pengamat sejarah, Film Dae Jang Geum yang sangat sukses dalam mempromosikan budaya dan pariwisata Korea, sukses besar, itu fantastis, tetapi kalau diamati ternyata ada ketidak sesuaian, misalnya tahun kejadian, karena selisih tahun ini menentukan siapa raja yang berkuasa saat itu. Kemudian kenapa di zaman itu sudah ada sepatu berhak tinggi.
Lebih lucu lagi film pahlawan, ketika Pangeran Diponegoro berperang, mencabut kerisnya, ternyata ketika kain lengannya turun, kelihatan memakai jam.
Dalam film Titanic, memang telah menunjukkan kecocokan dengan zaman klasik masyarakat barat, tetapi mungkin pengamatan saya belum jeli, apakah design kapal itu sesuai dengan zamannya, apakah pakaiannya juga sama dengan orang-orang di sana, saya belum dapat melihat.
Ada beberapa film yang menceritakan keadaan zaman dulu, diproduksi di Indonesia tetapi costumnya sudah modern. Kadang-kadang pemain yang satunya berpakaian pada zaman dulu, cuman warnanya motif sekarang, tetapi pemain yang lain memakai baju model sekarang. Bukankah perang ilmu kesaktian itu dominan film klasik ya, tetapi dalam film-film itu bercostum pakaian model modern. Mereka memakai kemeja-t-shirt, jeans, berkelahi memakai aji-ajian.
Alat transportnya, pada zaman dulu memakai kereta, kuda, tandu, tetapi dalam fim-film yang sebut di atas justru memakai mobil, pesawat.
Ceritanya menceritakan tentang Adipati, Raja, Ratu, Pangeran, Putri Kraton, Tumenggung, Demang, tetapi costumnya modern, mendingan kalau mau disadur ke cerita modern ya sekalian saja. Istananya saja bukan kraton, tetapi rumah mewah model Spanyol. Rancunya selain ada kendaraan modern, juga masih ada rajawali raksasa. Sudah itu properties berupa binatang-binatang itu kelihatan hanya animasi, jadi tidak ada sentuhan batin dengan pemain manusianya. kalaupun betul-betul burung-burungan, tetapi kurang hidup, terbangnya seperti dipaksakan.
Jadinya kelucuan film klasik itu terletak pada ketidaksesuaian performance film itu pada kondisi zaman pada waktu kejadian itu, dan kekurangtotalan penceritaan. Kalau memang mau membuat film klasik ya harus total, disesuaikan dengan zamannya, dan memang banyak kelemahan. Untuk mendapatkan properties film klasik akan mengalami banyak hambatan, dan menambah dana.
(Maksud saya bukan untuk menjelekkan film Indinesia, tetapi agar Film Indonesia menjadi lebih baik)
No comments:
Post a Comment