Penulis : Eko Prasetyo
Penerbit : Resist Book, Yogyakarta
Tahun Terbit : 2004
Tebal : 146 halaman
Buku ini diawali dengan sebuah ungkapan dari Charles Darwin "Bukanlah yang terkuat yang akan hidup, melainkan yang paling adaptif". "Jangan sakit kalau nggak punya duit!. Wah suatu ungkapan yang sangat kejam bukan. Kesehatan memang mahal. Ongkos obat dan rumah sakit membumbung tanpa kontrol. adanya penyakit membuat banyak pihak mendapat untung. Sudah biayanya tinggi, setiap kesalahan medis sangat sulit untuk diadili. Mahalnya ongkos masih juga diperuncing oleh beredarnya obat palsu.
Soal kesehatan yang tak beres membuat bangsa ini rutin dikunjungi wabah. Dari demam berdarah, malaria, TBC, bahkan hingga AIDS.
Buku ini merupakan salah satu seri buku "Dilarang Miskin" yang mengisahkan kaum miskin yang makin kehilangan hak-haknya. Hak-hak mereka telah terampas oleh hukum pasar. Kian hari orang miskin kian banyak, sedang kekuasaan semakin menjauh dari mereka. Neoliberalisme telah tidak memberi kesempatan yang luas bagi orang miskin untuk menikmati pendidikan, pelayanan kesehatan, tempat tinggal yang memadai, dan pekerjaan yang layak. Neoliberalisme sebagai ideologi dunia sukses meluluhlantakkan pertahanan hidup orang miskin.
Penyakit masyarakat selama ini berkembang bisa dikarenakan kecerobohan tetapi juga karena perkembangan industri makanan. Bangsa ini dikunjungi bermacam-macam jenis penyakit sampai akhir-akhir ini, seperti virus flu burung, muntaber kaki Gajah dan sebagainya, sehingga penulis menamakan kisah negeri penuh wabah ????.
Pemerintah harus mengambil kebijakan dalam peningkatan pelayanan kesehatannya agar masyarakat miskin dapat menjangkaunya, baik dari segi tempat maupun biayanya. Bila gaji para petugas kesehatan di Puskesmas itu masih rendah, kemungkinan mereka akan lari kepada nasabah yang banyak uangnya sehingga membayari mereka lebih banyak. Puskesmas semestinya memiliki fungsi yang lebih luas lagi selain sebagai pusat pelayanan kesehatan juga menjadi pusat pendidikan dan pelatihan pencegahan dan perawatan penyakit sehingga ada kemandirian masyarakat dalam kesehatan. Dengan desentralisasi semsetinya disediakan ruang bagi praktik pelayanan kesehatan berdasar pengetahuan budaya lokal. Setiap wilayah, sesuai dengan struktur demografi dan kondisi masyarakat dapat menyusun sendiri subsistem pelayanan kesehatannya. Masyarakat akan lebih pintar pengetahuannya tentang penyakit, cara mengantisipasi dan mengobatinya. Diharapkan masyarakat tidak menjadi korban iklan obat-obatan mahal dan makanan instan yang justru menimbulkan efek negatif lainnya.
Dengan industri obat-obatan dan kapitalisme ilmu kesehatan, harga obat dan pelayanan kesehatan memang akan lebih mahal. Oleh karenanya banyak masyarakat miskin yang akan membiarkan dirinya bersakit-sakit.
Kalau dilihat sekilas dari tema-tema yang diangkat dari buku ini, yang tampak dari daftar isi buku tersebut, tentu akan menimbulkan kening kita terangkat :
Pendahuluan : Dari mana Asal muasal Sebuah Penyakit
Dalam bagian 1 Kisah Negeri Penuh Wabah, di sana kita akan tahu bagaimana...
Wabah yang meneror penduduk .........Teror menyerbu TKI dan Medan Konflik ..............Mestinya Puskesmas itu.............Mewahnya ilmu medis ...........Pukulan biaya kesehatan................dan sebagainya
Dalam bagian 2 Sakit yang Miskin dan Yang Kaya
Yang Miskin yang susah...........Sakit Untuk Mereka yang Kaya dan sebagainya...........
Dalam bagian 3 Dunia Medis yang kapitalis dan kejam
Di sana penulis menunjukkan tangannya tentang kapitalisme obat, berebut konsumen dengan siasat licik, malpraktik dan kebalnya para dokter, Inilah Ujung dari sistem kapitalisme kesehatan.
Pak dokter, bu dokter tolonglah orang-orang miskin, biarlah Tuhan yang menggajimu lebih besar nanti.............
No comments:
Post a Comment