Kisah nyata ini dialami oleh seorang teman saya, yang kebetulan keturunan Tionghoa, Bapak Tionghoa dan Ibu Jawa. Dia adalah anak gadis bungsu dari delapan bersaudara. Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang bandelnya tidak ketulungan. Maklum anak laki-laki, biarpun disekolahkan di sekolah agama tetapi malah mabuk-mabukan di luar, teler-teleran, tidak naik-naik sekolah, hingga dia didrop out-kan dari sekolah. Padahal itu sekolah yang bagus dan favorit di kota. Akhirnya Bapaknya memutuskan untuk menyekolahkan kakak laki-lakinya itu dengannya,"Pluk (Cempluk-panggilan akrabnya), kakakmu biar satu sekolah dengan kamu ya...............". Teman saya malah menjawab,"Satu kelas piye, Pa, emoh aku Pa, jangan Pa, malu.............". Bapaknya berkata,"Kamu nggak kasihan sama kakakmu po, kalau satu sekolah dengannya, kamu kan bisa ngawasi dia, njagani dia.................................". Akhirnya betul-betul teman saya itu satu sekolah dengan kakak laki-lakinya, satu kelas lagi.
Hari-hari satu sekolah dan satu kelas itu sangat lucu dan aneh, kadang-kadang menyebalkan. Waktu itu ada PR, teman saya yang sering dipanggil Cempluk itu harus marah-marah ketika bukunya diambil kakaknya,"Pluk, pinjam bukumu, cepat................". Buku PR satu untuk berdua. Kalau ada PR di rumah, dia menyodorkan buku sama di atasnya diberi uang sebagai sajen. "Iki Opo?" tanya Cempluk. "Mau ngerjain PR punya saya nggak?" ancam kakaknya.
Ketika hari-hari tes atau ulangan, jawaban soal adiknya diminta, dan soalnya disodorkan ke adiknya, agar dapat dikerjakan adiknya. Betapa teman saya itu mau marah gimana, mau nggak marah gimana, pokoknya gondok bener............................
Sesampai di rumah teman saya mengadu kepada bapaknya,"Pak, dia kalau tes dan PR nggak mau ngerjain.............................".
"Ha lah sama kakaknya saja kayak gitu............." jawab Bapaknya.
"PIye Pa, tiap hari, semua pelajaran e Pa" jawab teman saya.
"A-lah kalau Bahasa INggris nggak bisa we, mesti aku we................" timpal kakaknya.
"Tapi khan cuma satu pelajaran.............., kalau kamu hampir semua pelajaran..........." jawab teman saya.
Ternyata kebiasaan kakaknya yang teler-teleran belum sembuh. Hari itu dia dipanggil sama Bapak Kepala Sekolah,"Itu kakakmu teler, kamu antar pulang........................". katanya.
Teman saya berkata,"Piye to Pak, emoh Pak............."
"Nggak kasihan sama kakakmu Po, nanti kalau kenapa-kenapa di jalan, jatuh lho, lihat aja kepalanya sudah nggak kuat ngangkat....................." nasehat Pak Kepala Sekolah.
Pulangnya teman saya itu memboncengkan kakaknya. Kepala kakanya itu nyandar di bahunya. Di lampu merah ada yang nyeletuk,"Duh, sama pacarnya sayang-sayangan, mesra banget....................".
Teman saya dengan malunya menjawab,"Ini kakak saya Pak, pacaran gimana..........."
No comments:
Post a Comment