Sunday, 1 March 2009

Surat Seorang Anak Gadis Kepada Ibunya

Sore itu aku sedang bertandang ke sebuah keluarga, seorang Ibu sedang berpikir tentang anak gadisnya yang belum pulang sekolah, betapa gusarnya dia, betapa sedihnya dia, tapi kesedihan itu membuatnya justru marah besar kepada anak gadisnya. Suaminya sedang bertugas di luar kota, sementara dia baru saja mengalami trauma naik motor, karena baru saja diserempet anak sekolah sehingga memutuskan satu jari kakinya.

Berkali-kali dia telepon ke putri kesayangannya,"Kamu kok nggak pulang-pulang, ini kamu ditunggu Mbak Eka, Mbak Eka keburu pulang lho..................."

Tetapi telepon itu hanya dijawab dengan SMS yang singkat,"Masih di sekolah".

Pokoknya Ibu itu menulis SMS yang panjang-panjang, tapi anaknya hanya njawab satu dua patah kata, ya dan tidak atau bukan.

Saya juga marah sebenarnya sama anak gadis yang sudah kuanggap seperti adikku, ditelepon sama Ibunya kok malah ditinggal yang-yangan di sekolah. Kemudian ada SMS dari anak gadis itu, "Kalau tidak bisa pulang, karena uangnya sudah habis, mau naik angkutan tidak bisa, karena sudah untuk membeli minuman, numpang teman, nggak bawa helm.............".

Ibunya ikut risau, waduh saya juga risau, pasti kalau dia tidak dapat pulang, aku punya tanggung jawab membantu nih, salah sendiri, kenapa mampir-mampir. Kemudian saya ada ide agar dia disuruh saja pinjam helm penjaga sekolahnya atau temannya. Dan untungnya ada teman cewek yang satu perjalanan.

Menjelang maghrib, gadis itu pulang karena ada teman. Besar sekali badannya. Ibunya bilang,"Adikmu sudah besar Mbak Eka, sekarang, dia sudah SMA sekarang, sudah nggak SMP lagi.............Tapi sangat suka nonton TV, kalau belajar justru bukunya yang belajar, dia sendiri ngorok".

Dia senang sekali ketemu saya, "Mbak Eka, kenapa nggak main-main ke sini lagi? Wah tadi saya dipinjami helm teman coewok guanteng sekali....................."

"Bagaimana dia pulangnya kalau nggak pakai helm?" tanya saya......

"Dia lagi naik sepeda saja".

Mendengar anak gadisnya mulai memuji-muji cowok Ibunya marah,"Terus gitu, nggak usah mikirin sekolah, orangtua mikir cari dhuwit, sampai Bapaknya batuk-batuk, hanya mikir laki-laki, mau kayak Ulfa ya (maksudnya anak gadis yang dinikahi Syech Puji)............."

"Aaah Ibu gitu saja...............................aku capek Bu, masak Ibu sudah marah-marah..............." kata gadis itu.

"Wis, kayak kuda lepas dari kandangnya saja, nggak punya aturan................"

Aku hanya diam sambil sesekali senyum-senyum lihat kelakuan adikku yang SMA itu.

"Ini, Mbak Eka, dia itu SMP jadi juara dalam kelulusannya, tapi di SMA malah turun, yang dipikir tiap hari pacaran saja.........................nilainya jeblok. Biar saja nanti dikira sama sekolah dulu jadi juara karena nyontek....................." kata Ibunya,"Tadi kok nggak njawab-njawab telepon Ibu kenapa, SMS kek, ....IBu sama Mbak Eka khawatir, kamu hanya santai-santai, kemana saja tadi.........."

Gadis itu dengan jujur menjawab (tanpa takut diomeli sama Ibunya lagi),"Tadi ada ekstra Bu, tapi aku bosan dengan kegiatan itu, karena hanya aku yang disuruh-suruh, lagian Ibu itu lucu, masak aku baru latihan paduan suara, dengar bunyi telepon, ya aku matiin sekalian....., terus aku juga nggak selesai tadi, habis aku jadi bahan ketawaan teman-teman, suka diledekin, disorakin, dan dipanggil Gendhut, padahal aku khan gak gendhut"

Ibunya semakin marah,"Ibu sama Mbak Eka nggak khawatir, sampai dia nggak pulang nunggu situ, malah hp dimatiin?"

Ibunya masih kesal dan marah melihat kelakuan anak gadis itu. Kepada saya dia lebih santai, cerita-cerita tentang temannya, karena saya nggak akan ngomel-omel seperti Ibunya. Saya hanya senyum saja lihat adik saya seperti itu dalam hati saya hanya berkata,"Ibu-Ibu gadis semanis ini kok ya diomelin terus.............."

Setiap kali anak gadis itu membicarakan cowok atau ketahuan dengan cowok Ibunya mengancam,"Nanti kalau ketahuan pacaran cuma tak suruh terus kawin, ngapain sekolah mahal-mahal, Bapak susah-susah mengantar.........."

Ibunya memang sangat keras dalam mendidik, dia memaksa anak-anaknya agar tidak lepas dari suasana belajar, ya memang hasilnya bagus, putrinya itu selalu mendapat rangking di sekolah, dan berhasil di sekolah favorit di Provinsi. Aku mencoba memahami isi hati anak gadis itu, apa yang dirasakannya, apa yang ingin dikatakan kepada Ibunya dengan didikan yang sangat keras itu..........Kuberi judul saja, "Surat untuk Ibu" sebagai perlawanan anak gadis itu atas perlakuan Ibunya. Walau aku pahami, kalau terlalu bebas dia jadi lupa tugasnya, prestasinya, dan bisa juga terlibat pergaulan terlarang.

Yogyakarta, .......................................2008

Ibuku yang manis, aku memang telah kau kandung 9 bulan lamanya, terima kasih untuk kehidupan ini. Ibu, sungguh aku tidak mengerti, kenapa Ibu selalu mengomel, didepan orang lain lagi. Mungkin Ibu ini sudah kebal dan tidak malu sama tetangga dan orang lain selalu marah-marah kepadaku, dan selalu mempermalukanku didepan orang banyak. Ibu, rumah ini jangan Engkau jadikan neraka bagiku. Biarkan aku bebas Bu, aku hanya ingin kenal laki-laki, berteman dengan banyak orang, agar hidupku seimbang, nggak hanya kenal perempuan, nanti aku bisa mati hatiku Bu. Banyak yang indah dan baru yang kulihat Bu, di SMA-ku. Aku sudah capek tiap saat belajar hingga aku juara, dan masuk disekolah yang Ibu harapkan. Izinkan aku refreshing Bu, dengan sejumlah aturan Ibu. Please Bu, jangan banyak aturan, tapi pahamkan aku dengan kelembutan Bu, kalau hanya marah-marah begitu, aku nggak paham, malah aku stress nanti.........................

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan