Thursday 18 September 2008

Sumanto, tidak seseram namanya......(Ketika embun menetes deras)

Kita selama ini mengenal nama Sumanto hanya sebagai manusia pemakan daging mayat, sadis, seram, siapapun ngeri bertemu dengan yang namanya Sumanto. Tetapi Sumanto yang saya maksud di sini bukanlah Sumanto pemakan manusia, tetapi Sumanto yang memikirkan dan membantu rasa keingintahuan orang-orang di pedesaan. Orang yang mencerdaskan masyarakat di sekitarnya melalui pengembangan perpustakaan.

Orang selalu menyombongkan diri atau membanggakan diri karena dapat bekerja di ASTRA, entah sebabnya apa, tetapi berbeda dengan Bapak Sumanto. Beliau meninggalkan PT ASTRA MOBIL DAIHATSU di kawasan Pluit Jakarta pada tahun 1982 sampai dnegan tahun 1986. Dia bahkan pernah menduduki jabatan kepada Kepala Seksi pada PT ASTRA tersebut. Entah demi apa ya, mungkin karena cintanya kepada masyarakat Yogyakarta dan Yogyakarta, memanggilnya untuk kembali ke pangkuan bumi Yogyakarta. Padahal mencari pekerjaan itu susahnya bukan main. Dia sebagai lulusan SMA berhasil menjadi Kepala Seksi di sana. Dia memilih menjadi petani, yah petani yang jenius. Dia berkeringat untuk menghasilkan sesuap nasi. Dia ingin berubah dan bebruat baik bagi lingkungannya. Dia sering berkunjung di Perpustakaan Malioboroketika masih sekolah. Kesan terindahnya tentang perpustakaan terus mengganggu tidurnya. Dia terus gelisah. Kemudian dia erkeliling meminjamkan buku-buku bagi masyarakat yang belum terjangkau buku-buku, jauh dari perpustakaan. Dia berusaha memenuhi kebutuhan buku itu, hanya dengan sepeda onthel. Bayangkan saja, bagaimana kalau panas terik dan hujan deras. Tidak ada yang melindungi dari hembusan angin, ataupun cuaca buruk. Dia terus gigih memperjuangkan perpustakaan.

Saya yakin perjuangan itu tidak mungkin tanpa rintangan, cemoohan, sindiran, cibiran,"O...nggak ada dhuwit kok banyak bertingkah". Apalagi ketika pandangan materialistik mendominasi kehidupan, di mana segalanya hanya diukur dari penampilan dan materi. Beliau dengan sepeda onthel terus berkeliling dari desa ke desa, dari masjid ke masjid, menawarkan buku-buku ilmu pengetahuan, buku-buku pelajaran sekolah dan bermacam-macam bacaan untuk masyarakat, tanpa upah sepeserpun. Dengan tanpa malu seperti layaknya generasi muda zaman sekarang, beliau berkeliling dengan onthel. Benar-benar jalan satria yang ditempuk Bapak Sumanto. He is a knight with onthel bike.

Jerih payahnya membuahkan hasil. Embunpun mengalir deras. Perpustakaan berhasil beliau dirikan. Kini beliau memiliki Perpustakaan Mitra Tama di rumahnya, desa Demen, Imogiri, 20 km dari pusat kota, lumayanlah. Kini banyak sumbangan buku mengalir ke Peprustakaanya, baik sawasta maupun pemerintah. Sepeda onthel mulai dibantu dnegan sepeda motor plus box penuh dengan buku-buku hingga ke daerah Wonosari, Gunung Kidul. jam kerja kelilingnya dari pagi hingga Maghrib, tanpa upah. Bagi siapapun yang ingin menyumbang buku baru di Perpustakaan Mitra Tama masih diterima, diharapkan dapat untuk mengatasi kebutuhan buku-buku yang tidak terpenuhi.

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan