Thursday 26 March 2009

PROFESIONALISME ATAU TAMPANG ATAU NAMA KELUARGA?

Mungkin ada beberapa orangtua yang menganggap sinetron/film sebagai perusak generasi muda karena telah menularkan anti kearifan, semuanya serba instant, lahirlah generasi-generasi mall, membodohi dan membingungkan masayarakat Indonesia. Semuanya mengikuti pasaran. Nilai jual sinetron biasanya dilihat juga oleh pemainnya, mungkin tampangnya dan mungkin pula karena aktingnya. Namun kalau dilihat dari industri seni, maka sinetron/film yang akhir-akhir ini booming sebagai pertanda majunya industri seni di Indonesia, walau tidak sedikit dalam proses kreatif ada kemiripan dengan film/sinema negara lain, apakah ini memang sama atau memang ada unsur plagiat. Tanya saja ke rumput yang bergoyang atau pada buaya yang sedang mandi di kali.

Seorang tukang kayu dilihat dari hasil kerajinannya, seorang pandai besi dilihat dari pedang atau karyanya yang lain, seorang tukang batu dilihat dari daya tahan bangunan yang dibangunnya, seorang dosen dilihat dari bagusnya cara mengajar, tukang becak dilihat dari kehati-hatian dan kecepatan mengayuh, lalu seorang artis penyanyi atau sinetron dilihat dari apanya? Kalau penyanyi ya suaranya, kalau pemain film/sinetron ya aktingnya, tetapi itu menjadi faktor 20 % keberuntungannya tanpa ditunjang penampilan fisik atau nama keluarga.

Baru saja film Dae Jang Geum selesai disiarkan kembali oleh Indosiar. Film itu dimainkan oleh Ms. Lee Young Ae, yang waktu shuting usianya melebihi 30 tahun, padahal Jang Geum di situ berumur 18-25 tahun, hingga dewasa. Saya tidak melihat dia canggung memerankan gadis yang masih remaja. Apakah itu make up atau memang pendalaman karakter Ms Lee yang baik atau memang dia awet muda. Padahal saya melihat sinetron-sinetron/film Indonesia itu kebanyakan perempuan di aats 28 tahun sudah dipasang menjadi Ibu-Ibu yang memiliki anak remaja. Seolah-olah artis-artis Indonesia itu apabila sudah berumur di atas 28 tahun pantasnya jadi Simbok-Simbok, dan yang menjadi anaknya, yang disitu remaja dimainkan anak SD kelas V atau VI. Apakah ini juga profesionalisme atau memamng karir film di Indonesia bagi seorang artis itu terbatas pada umur, karena di Barat, banyak artis-artis yang tua justru dipajang di sana menjadi pemain utama. Dan memang mereka semakin tua semakin matang dalam aktingnya.

Saya melihat film Hareem di Indosiar, di situ saya melihat pemainnya berakting dengan baik, walaupun ceritanya tidak dapat dicontoh banyak kaum lelaki di Indonesia, yaitu kehidupan poligami. Di situ seorang suami sampai tidak tahu isterinya selama itu melakukan kekerasan terhadap isteri yang lainnya. Salah satu isterinya adalah Innayah, gadis remaja yang dipaksa kawin dengan Kanjeng Dasa, seorang juragan kaya raya yang suka poligami. Innayah bersaing dengan isteri yang lain, dia paling lemah dan mudah berdaya. Innayah ini berhasil dimainkan oleh Shandy Aulia. Setahu saya dia itu seorang Kristiani, tapi dia mampu memainkan seorang gadis muslimah dengan baik.

Demikian juga dengan seorang Shandy Nayoan yang memainkan Midun dalam sinetron Sengsara Membawa NIkmat. Dia berhasil memainkan seorang muslim hingga tak seorangpun mengira kalau dia itu Kristen.

Kemudian Pak Benyamin Suaib yang suka main di film-film Betawi, betul-betul dia berakting, bahkan temannya mengatakan kalau dirinya berakting tanpa naskah. Dia pun berakting dengan ciri khas Betawi. Sampai saat ini masih sulit dicari artis-artis yang mampu bermain dengan karakter Betawi itu, dia sulit tergantikan.

Ariel Peter Pan memiliki kans untuk menjadi penyanyi legendaris, tetapi apakah dia mam[u bertahan dengan sebuah permainan besar, yaitu perempuan. Suaranya khas, lagunya hits, disukai penggemar, lalu apakah dia bisa full tnapa permainan dengan perempuan?

Tuesday 24 March 2009

Sembadane Pemimpin Kayak Pak Harto

Masih merah makam Pak Harto di Astana Giribangun, dan cerita-cerita tentang Pak Harto masih terucap di lidah-lidah rakyat Indonesia. Saya pikir ini amanah bagi saya untuk menyampaikan kepada siapa saja tentang hal ini agar menjadi pelajaran kepemimpinan. Saya mendengar ini dari orang-orang yang memiliki kesan yang baik ataupun tidak baik. Ada plus minusnya lah, semoga yang baik bisa dilestarikan, yang tidak baik dikurangi. Banyak rakyat yang masih sangat simpati dan memuji-muji kebaikan Pak Harto, bahkan ikut menyaksikan ritual pemakaman jenazahnya.

"Yah, memang Pak Harto itu ada korupsinya, tapi dia itu sembada memakmurkan rakyatnya, harga kebutuhan hidup relatif stabil, keamanan terjamin. Sekarang ini uang 10.000 per hari tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Harga terus membumbung. Mampu berswasembada, nasionalisme betul-betul dijaga, kuat-kuat mempertahankan Aceh dan Timor Timur. Setiap tindakan anarkhis langsung ditindak agar tidak mengganggu keamanan"

"Anak-anaknya Pak Harto yang membuat Pak Harto terjebak pada suatu permainan besar, dan anak yang terbaik dari Pak Harto hanya Mbak Tutut Hargiyanti Rukmana, yang lain suka rebutan harta dan main perempuan".

"Wah, pas jamannya Pak Harto, gak mungkin aku jadi PNS, lha wong apa-apa ditentukan orang dalam, kalau ngggak punya kerabat atau nyuap nggak bisa masuk PNS, boro-boro PNS, jadi honorer juga nggak ada yang mbawa, sekarang ini apa-apa test"

"Pas jamannya Pak Harto makmur sih, ning kudune enthuk dhog 10 dadi enthuk dog siji, harusnya dapat telur 10 hanya dapat untung 1"

"Wah, itu lihat rakyat yang ada di sekitar pembangunan waduk Gajah Mungkur, tidak menerima ganti sepeserpun..............."

"Mana ada aliran-aliran agama yang lain yang ada ya hanya Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu, dan kepercayaan, tidak ada yang sesat...................."

"Setiap orang banyak bicara yang mengganggu ketenangan dan ketentraman, harus ngadepin TNI............."

"Dia mulai jadi presiden ketika zaman gak enak, sampai apa-apa jadi enak, kalau dia mendapatkan imbalan ya wajar.............swasembada dan ekspor beras, Indonesia diakui suaranya di PBB, mengirimkan pasukan perdamaian ke mana-mana, sekali Pancasila tetap Pancasila, semuanya dilabeli Pancasila.............."

"Supersemar ki akal-aklane Pak Harto mesti, untuk mengesyahkan kekuasaannya.........."

"Supersemar benar-benar ada, supersemar sebagai sk agar pak harto dapat menindak PKI secara syah, takutnya kalau tanpa SK, tindakan Pak Harto menghabisi PKI dianggap salah oleh aturan kenegaraan tanpa SK, makanya kalau Pak Harto setengah memaksa Pak Karno dalam tanda tangan dengan sedikit gertak, karena Pak Karno tidak mau diminta cepat-cepat, baru sakit mungkin beliaunya, sedangkan PKI sudah merajalela,..................................."

"Pokoke aku nggak ngerti bab supersemar, tahuku pada zaman Pak Harto, para tani makmur, dapat swasembada pangan, ke mana-mana aman, partainya nggak banyak-banyak........"

"Pak Harto itu sebagai pemimpin Pancasilais banget, Sabang sampai Merauke terjaga, tidak ada yang berani memberontak, upaya pembangunan dan pembinaan daerah terpencil betul-betul dilakukan, berapa juta saja yang uang Indonesia lari ke Timur-Timor, para pejabat Timor Timur yang kaya-kaya..................."

"Pak Harto membuat banyak orang dapat menyelesaikan kuliahnya dengan program beasiswa"

Dan masih banyak lagi kesan-kesan tentang Pak Harto.

Thursday 19 March 2009

SATU BENDERA

(Lagu ini ditulis oleh Pak Ambar Polah, mungkin agak meleset syairnya)

Bendera-bendera kita

Semakin banyak warnanya

Jangan lupa satu bendera, Merah Putih Tercinta

Hilangkan segala perpecahan karena beda bendera

Tinggalkan segala pertengkaran beda suku agama

Lagu kita masih sama, Indonesia Raya

Janji kita masih sama, Cinta Indonesia

Baju kita tetap sama,

Tetap Indonesia

Cantik kita tetap sama

Cinta tanah air Indonesia

Monday 16 March 2009

Fashionable Bahasa Ibu

Entah di mana saja sekarang ini bahasa yang paling dominan di media dengar kita, pergaulan kita, bahasa sinetron, menggunakan bahasa gaul, yang aslinya adalah bahasa Betawi, lue, gue. Betapa bahasa Betawi menempati posisi yang dominan di mana-mana. Tentu saja tidak ada salahnya, karena bahasa Betawi begitu luwesnya, tidak banyak aturan, dan bahasa Betawi menjadi bahasa gaul turunan dari bahasa Indonesia.

Ada celotehan kenapa generasi muda tidak mau memakai bahasa Ibu, karena sejak kecil dicekoki susu sapi, susu instan, jadi kalau bicara serba instant, kalau punya keinginan serba instant.

Indonesia, yang ditinggalkan oleh Gadjah Mada sebagai Nusantara baru, memiliki banyak bahasa Ibu. Dari 30 lebih provinsi yang ada memiliki dialek yang berbeda-beda. Anehnya bahasa Ibu kurang fashionable di tengah generasi muda. Bahasa Indonesia tidak diragukan sebagai bahasa nasional, oke, itu sudah kesepakatan bersama, akan tetapi di mana kekayaan Indonesia yang memiliki banyak bahasa Ibu dapat disaksikan banyak orang.

Ketika itu saya melihat teater tradisional yang dimainkan oleh remaja Kalimantan di Taman Budaya Yogyakarta. Syair-syair berbahasa Kalimantan yang dinyanyikan dalam teater itu yang diiringi semacam harpa/siter khas sana, harmonis sekali. Dan kalau difashionabelkan di kalangan generasim muda mungkin akn kedengaran indah.

Begitu pula ketika orang Bali sedang mengobrol dengan temannya, dengan t yang menjadi th, itu juga indah sekali. Ketika seorang Batak bicara dengan bahasa Bataknya, walau agak keras, tetapi ada ciri-ciri khas tertentu. Orang Aceh, orang Makassar, orang Nusa Tenggara, orang Palembang, dan lainnya masih banyak yang belum tersebut, kalau bicara dengan bahasa masing-masing akan kedengaran khasnya masing-masing, seperti dalam parade suara burung berkicau, masing-masing berkicau dengan jati dirinya, tanpa kehilangan jiwa sesama burung mereka.

Setiap bahasa dengan dialeknya tentu mengandung keindahannya masing-masing. Ayo generasi muda di Indonesia, kita semua memiliki bahasa Ibu, sayang kalau nggak pernah kita pakai dalam pergaulan, mereka harus fashionabel, harus dipakai terus menerus agar tidak punah. Bahasa Ibu menjadi unsur kekayaan kebudayaan Indonesia. Biarlah orang Betawi berbicara dengan ciri khas Betawi asal jiwa tetap Indonesia, biarlah orang Sunda tetap berbahasa bahasa Sunda asal jiwa tetap Indonesia, biarlah orang Kalimantan bebricara bahasa Kalimantan asal jiwa tetap Indonesia, biarlah orang madura bicara dengan bahasa Madura asal jiwa tetap Indonesia, biarlah orang Aceh bicara dengan bahasa Aceh asal jiwa tetap Indonesia, dan sebagainya, di mana setiap bahasa Ibu di seluruh Indonesia menjadi fashionable.

Kesan udik, ndeso, kampungan kalau memakai bahasa Ibu tidak perlu ditakutkan. Bahasa Ibu harus dipakai di mana-mana, walaupun ada peribahasa, di manapun bumi berpijak di situ langit dijunjung, tetapi ke mana larinya bahasa Ibu nantinya?

Biar nggak berkesan udik, ya dimodifikasi, agar kelihatan gaul, kira-kira bisa nggak ya bahas Ibu tidak ndesoni, kampungan, dan pemakainya tetap cerdas, anak muda yang trendi tetapi tetap berbahasa Ibu..................ha lah ide aneh ini.

Friday 13 March 2009

Super Pembantu

Kisah sungguh-sungguh terjadi ini dialami oleh seorang dokter di sebuah Pulau Industri di Indonesia, yang saya rahasiakan namanya. Beliau sebenarnya adalah seorang Tionghoa, tetapi sudah sangat membaur dengan keluarganya yang men-Jawa atau meng-Indonesia. Pribadi Jawa-Indonesia-Tionghoa sudah mengkristal dalam dirinya. Dia mamang kaya raya, dan berhasil mendirikan banyak rumah sakit besar di Pulau Industri itu. Dengan kekayaannya itu dia dapat membiayai hidup ke enam isterinya, fasilitas untuk mereka. Dan diapun sudah menunaikan haji. walaupun memiliki isteri 6 orang, tetapi jarang terjadi konflik besar, karena masing-masing diperlakukan dengan adil. Ibunya Om dokter ini sudah tua dan sakit-sakitan, sehingga memerlukan perawatan pembantu, dan itu tidak mungkin dilakukan isterinya.

Om dokter ini punya kenalan seorang penjual jamu. Penjual jamu ini memiliki anak perempuan. Kemudian dia menawarkan anaknya untuk dijadikan pembantu untuk merawat Ibu Om dokter tadi. Demi mengangkat harkat martabat orang miskin, Om dokter tadi bersedia menerima anak penjual jamu tadi. Penjual jamu dan sekeluarga menjadi kian dekat dengan Om dokter.

Kita selalu berpikir kalau anak orang desa dan tidak punya pasti sangat polos, baik, dan tahu diri, kalau hanya ikut orang, dan pasti akan menjalankan tugas sesuai kewajibannya sebagai pembantu perawat orang sepuh. Kenyataannya dia lupa daratan, merasa dekat dengan orang yang kaya raya, perilakunya pun melebihi anak Om dokter. Ternyata tugas perawatan kepada Ibunya Om dokter tidak optimal sesuai harapan.

Beberapa bulan saja, gadis tadi sudah mendapatkan fasilitas seperti 3 handphone berkamera dan satu motor, berikut saudaranya ikut di sana. Diapun dapat duduk di sofa sambil kakinya berada di atas. Ketika ada tamupun tidak mau menyediakan minuman. Betul-betul super pembantu melebihi yang bukan pembantu. Se-manusiawi-manusiawinya seorang majikan, semestinya harus diimbangi dengan kerja kesungguhan dari pembantunya. Pembantu juga manusia, tetapi......................................

Wednesday 11 March 2009

Bukan Ande-Ande Lumut

Cerita ini mengenai seorang pemuda yang sudah berumur sekitar 30 tahun-an. Dia sudah memiliki pekerjaan tetap, dan telah menyelesaikan studinya. Ibunya tiap hari mendorong-dorong agar segera menikah, sehingga sering menjodoh-jodohkan dengan teman gadis anak teman-temannya, atau kenalannya.

Pada suatu hari Ibunya mengundang seorang gadis yang putih, bersih dan cantik padanya. Gadis itu sangat modis, dan trendi dengan pakaian yang kelihatan kulit punggungnya sedikit, dan kalau lupa diri, pusarnya dapat kelihatan. Si cowok disuruh Ibunya untuk menemuinya. Setelah di belakang orangnya, si cowok tadi ditanyai Ibunya,"Gimana cantik lho, udah kerja kok..............". Si cowok menjawab,"Wuss, Ibu, buat bapak saja, muslimah kok memakai baju kelihatan kulit pantatnya, muslimah apaan............................".

Di hari berikutnya Sang Ibu mendatangkan seorang gadis yang brejilbab rapat sekali, dia memakai jubah, Sang Ibu berpikir pasti anaknya akan suka dengan gadis itu. Sang Ibu menyuruh anaknya untk menemuinya. Setelah di belakang orang tadi, si cowok berkata,"Aku juga senang Bu, dengan yang berjilbab, tapi jangan yang rapet-rapet gitu, pakai jilbab ya pakai jilbab, wah takut aku................"

Kemudian Sang Ibu mendatangkan seorang gadis lagi, gadis itu berjilbab, pokoknya Sang Ibu berusaha agar anaknya segera menikah. Kali ini si anak lelaki itu menjawab,"Ibu itu gimana sih, masak dia berjilbab tetapi lengannya nggak kelihatan, pakai jilbabnya gimana sih..................Udahlah Bu, lain kali nggak usah cari-cari gadis untuk saya, biar saja, saya mau melajang atau nikah itu urusan saya..................

Tetangga si Ibu menjadi tertawa cekikikan mendengar kisah anak temannya itu.

Friday 6 March 2009

Krisis Glouball (2): Hotel Seket Pitu

Gempa bumi 27 Mei 2006 yang lalu menyebabkan krisis ekonomi bagi masyarakat di Yogyakarta terutama yang terkena gempa secara langsung. Rata-rata industri menurunkan produksi mereka, mengurangi tenaga kerja. Tidurpun di hotel seket pitu, beralaskan rumput (suket), bantal batu (watu), atapnya tenda atau parahnya langit, makanya bernama hotel seket pitu. Banyak korban manusia yang terkubur dalam reruntuhan, karenanya mengurangi jumlah penduduk di bantul. Akan tetapi kenapa tiba-tiba penduduk Bantul justru bertambah.

Semua ada persepsi :

- Tempat yang seharusnya menjadi jarang penduduk dan ditakuti oleh pendatang justru berdatangan dari kota lain.

Kata orang kondisi gempa itu telah mengakibatkan stress/trauma, tidak ada obat yang mujarab selain membuat anak ("maaf ini pakai bahasa perumpamaan, maksudnya melakukan hubungan seks). Gempa telah menyebabkan ketegangan urat syaraf, perlu jampi stress, selain menonton atau mendengarkan lawakan, di tengah banyak saudara yang berduka, menyalurkan hasrat jasmani. Padahal lokasinya kayak gitu, di hotel seket pitu, kasur suket bantal watu, mereka dapat menikmati dan mensyukuri hidup, bahkan tetap menambah keturunan. E........alah. Betul-betul krisis sebagai akibat gempa tidak menimbulkan kekhawatiran soal memberi makan anak-anak mereka. Kalau hotel seket pitu berdiri di lokasi gempa, itu tidak bermasalah, akan tetapi kalau hotel seket pitu berdiri di taman kota, lembah kampus, taman wisata, apa yang terjadi ya.

Hotel Seket pitu : Harga tergantung, Bantal watu, kasur suket, kalau di taman wisata ya cukup membayar biaya masuk taman wisata. Biasanya di taman-taman ada ruangan tersembunyi, maaf nih misalnya di Puncak Kaliurang, Lembah-lembah dan sebagainya. Hotel Seket Pitu memang nyaman untuk belajar, refreshing, termasuk melakukan sesuatu yang tidak perlu dilihat orang.

Ketika saya menikmati liburan bersama saudara-saudara saya ataupun teman-teman saya ke puncak atau taman wisata, ketika melihat ke bawah, ada sesuatu. Misalnya ruangan 1 di bawah pohon kamboja tingallah dua pasang manusia yang lagi mabuk kasmaran, ruangan 2 di bawah pohon beringin, lagi ada yang tiduran. Dan masih ada ruangan lain. Kalau ingin refreshing murah ya cukup pergi ke Hotel Seket Pitu, alamatnya di lembah-lembah sungai atau pegunungan.

Wednesday 4 March 2009

Krisis Glouball : Berita Besar dari Pedesaan (1)

Dunia meributkan krisis yang sedang dan telah terjadi. Krisis itu bermacam-macam, ya krisis finansial ataupun krisis produksi, tetapi yang paling besar dan pasti terlupakan, bahkan dianggap tidak penting adalah krisis moral budaya. Imej bahwa setiap dosa itu hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang tinggal di kota itu harus diubah. Dulu kota dianggap sebagai tempat mabuk-mabukan, selingkuh-selingkuhan, dan sebagainya. Orang-orang desa selalu mendapat imej yang serba baik, polos, lugu, tidak tahu dosa, pokoknya serba jos. Apalagi alamnya yang masih asri dan alami, berbeda dengan kota yang banyak polusi, banyak gedung bertingkat. Akan tetapi lihatlah sekarang real estate, hotel, vila, mulai masuk kawasan pedesaan.

Rasa pedesaan menjadi semakin pedes lagi. Begini ceritanya, ini rahasia lho, jangan bilang-bilang, ini hasil dengar kabar-kabari dari kampung ke kampung, kalau di kota sih, tidak pernah terjadi hal seperti ini, tetapi mungkin sama seringnya, mungkin. Di kota nggak mungkinlah..........................Saya tidak bermaksud menjelek-jelekkan desa, tetapi kenyataannya krisis moral itu menyebar hingga pelosok, dari keramaian hingga dunia kesunyian, agar menjadi pemikiran bersama.

Tiga bulan yang lalu, seorang lelaki yang beberapa tahun lulus SMA, melangsungkan pernikahan. Seluruh warga diundang. Bulan ini saya mendengar kabar isterinya telah melahirkan seorang bayi perempuan. Sip ya? sip.

Beberapa tahun yang lalu, ada pesta besar seorang penyanyi kampung yang menikah dengan gadis desa. Dengar-dengar juga, ini sudah blendug duluan, ternyata suaminya itu sudah beranak tiga, terpaksa deh, dia tinggalin istri lamanya untuk gadis yang denok, bahenol itu. Tahu-tahu suami meninggalkan gadis denok itu setelah bertelor beberapa ekor (loh kok kayak apa). Kabar hubungan mereka sudah lama putus. Tahu-tahu, eh, dia blendhug perutnya, alias hamil dan melahirkan anak.

Masih tetangganya juga nih, dia menikah dan punya anak sudah 7 tahun dan 5 tahunan. Suaminya pergi, dan dia mencari nafkah sebisanya. Tahu-tahu blendhug juga perutnya, tanpa tahu siapa Bapaknya.

Ada lagi nih, di satu desa lagi, seorang lelaki tidak mau mengaku anaknya yang kembar gara-gara yang tidak jelas, dia malah jalan sama gadis lain yang lebih muda dari isterinya, akhirnya isterinya mencari nafkah sendiri.

Belum selesai satu soal lagi, pasangan suami isteri yang baru memiliki anak keduanya berpisah, ketika anak kedua lahir, sang isteri kena usu buntu, sudah itu dia khan Cesar juga, waduh dalam keadaan sakit-sakit sang suami membawa perempuan ke rumah, yang akhirnya jadi isterinya.

Pada suatu waktu ada gadis yang senang sama teman kuliahnya, mereka jatuh cinta, sehingga si perempuan mblendhug perutnya, ternyata si lelaki nggak mau bertanggung jawab, akhirnya orang lain yang menikahinya.

Dan masih ada data lagi nih, ada acara pengantin, masak pengantin lelakinya pergi jauh dan digantikan oleh kakak iparnya, waduh...................serba gila.

Ada lagi nih seorang perempuan mampu memiliki 3 selingkuhan, satu selingkuhan satu anak yang brojol.....................gila bukan.

Ada lagi kakak ipar yang membawa lari adik iparnya, sekarang malah punya isteri yang lainnya lagi..........................

SEJARAH CURHAT

Informasi ini saya dapatkan dari Ibu Dr. Wening Udasmoro, menurut hasil penelitian beliau, pencurahan hati, curhat, itu sudah terjadi sejak zaman dulu. Menurut saya mungkin pada zaman purba curhat itu mungkin dengan melukiskan segala hal di gua-gua, sesepuh-sesepuh suku. Kemudian ketika agama Kristen berkembang pesat, curhat itu dilakukan kepada para pastur, atau pendeta di gereja.

Globalisasi teknologi dan informasi menyebabkan budaya curhat itu dilakukan melalui media, muncullah Oprah Winfrey, kemudian di radio-radio ada acara curhat. Pada akhirnya orang mencurahkan hatinya pada internet melalui webblog, webblog.

Di Indonesia kemudian muncul sejumlah acara yang berbau curhat, dan disertai penyelesaiannya, misalnya termehek-mehek, Cinta Lama Bersemi Kembali, dan lainnya

Tuesday 3 March 2009

Dunia Permainan

Tidak yang muda, tidak yang tua semuanya suka permainan, hanya saja permainannya berbeda-beda. Dalam permainan itu yang menang terbahak-bahak, yang kalah tersedu-sedu. Ketika semua hal dijadikan sebuah permainan pasti tidak akan pernah ditemukan kata"PROFESIONAL".

Sebuah permainan dalam persahabatan, hanya kalau butuh saja kita bersahabat, kalau tidak butuh ya sudah, keburu menjauh, takut dapat efek samping dari persahabatan itu.

Dalam sebuah studi, ingin lulus kuliah-sekolah dengan menyuap pihak sekolah, ingin masuk jurusan atau prodi favorit cukup memberikan seamplop uang.

Dalam sebuah perkawinan (ha..lah sok tahu), perselingkuhan di mana-mana, ada pernah saya dengar seorang kampung punya selingkuhan 3, setiap selingkuhan satu anak. Inilah permainan. Satu sama, ketika sang suami juga punya selingkuhan.

Ini tentang seseorang yang ingin menjadi perangkat desa. Di desa pasti ada banyak balon lurah. Nah, bayangkan kalau materi dijadikan alat pembayaran untuk menjadi lurah dan rakyat menjadi pecinta materi. Rakyat mulai mengagung-agungkan orang berharta. Dengan uang 1 milyar seseorang dapat menjadi lurah dan ditambah bumbu-bumbu yang muluk-muluk.

Ketika sebuah tempat pekerjaan menawarkan lowongan kerja melalui iklan koran, pasti banyak pelamar. Test lewat, hanya formalitas. Ternyata bos udah bawa orang.

Sekelas dengan Kakak Kandung

Kisah nyata ini dialami oleh seorang teman saya, yang kebetulan keturunan Tionghoa, Bapak Tionghoa dan Ibu Jawa. Dia adalah anak gadis bungsu dari delapan bersaudara. Dia memiliki seorang kakak laki-laki yang bandelnya tidak ketulungan. Maklum anak laki-laki, biarpun disekolahkan di sekolah agama tetapi malah mabuk-mabukan di luar, teler-teleran, tidak naik-naik sekolah, hingga dia didrop out-kan dari sekolah. Padahal itu sekolah yang bagus dan favorit di kota. Akhirnya Bapaknya memutuskan untuk menyekolahkan kakak laki-lakinya itu dengannya,"Pluk (Cempluk-panggilan akrabnya), kakakmu biar satu sekolah dengan kamu ya...............". Teman saya malah menjawab,"Satu kelas piye, Pa, emoh aku Pa, jangan Pa, malu.............". Bapaknya berkata,"Kamu nggak kasihan sama kakakmu po, kalau satu sekolah dengannya, kamu kan bisa ngawasi dia, njagani dia.................................". Akhirnya betul-betul teman saya itu satu sekolah dengan kakak laki-lakinya, satu kelas lagi.

Hari-hari satu sekolah dan satu kelas itu sangat lucu dan aneh, kadang-kadang menyebalkan. Waktu itu ada PR, teman saya yang sering dipanggil Cempluk itu harus marah-marah ketika bukunya diambil kakaknya,"Pluk, pinjam bukumu, cepat................". Buku PR satu untuk berdua. Kalau ada PR di rumah, dia menyodorkan buku sama di atasnya diberi uang sebagai sajen. "Iki Opo?" tanya Cempluk. "Mau ngerjain PR punya saya nggak?" ancam kakaknya.

Ketika hari-hari tes atau ulangan, jawaban soal adiknya diminta, dan soalnya disodorkan ke adiknya, agar dapat dikerjakan adiknya. Betapa teman saya itu mau marah gimana, mau nggak marah gimana, pokoknya gondok bener............................

Sesampai di rumah teman saya mengadu kepada bapaknya,"Pak, dia kalau tes dan PR nggak mau ngerjain.............................".

"Ha lah sama kakaknya saja kayak gitu............." jawab Bapaknya.

"PIye Pa, tiap hari, semua pelajaran e Pa" jawab teman saya.

"A-lah kalau Bahasa INggris nggak bisa we, mesti aku we................" timpal kakaknya.

"Tapi khan cuma satu pelajaran.............., kalau kamu hampir semua pelajaran..........." jawab teman saya.

Ternyata kebiasaan kakaknya yang teler-teleran belum sembuh. Hari itu dia dipanggil sama Bapak Kepala Sekolah,"Itu kakakmu teler, kamu antar pulang........................". katanya.

Teman saya berkata,"Piye to Pak, emoh Pak............."

"Nggak kasihan sama kakakmu Po, nanti kalau kenapa-kenapa di jalan, jatuh lho, lihat aja kepalanya sudah nggak kuat ngangkat....................." nasehat Pak Kepala Sekolah.

Pulangnya teman saya itu memboncengkan kakaknya. Kepala kakanya itu nyandar di bahunya. Di lampu merah ada yang nyeletuk,"Duh, sama pacarnya sayang-sayangan, mesra banget....................".

Teman saya dengan malunya menjawab,"Ini kakak saya Pak, pacaran gimana..........."

Monday 2 March 2009

Ponari, Anak Ajaib dari Jombang

Ponari menjadi bintang yang baru naik daun, semua mengenalnya, tabib kanak-kanak dengan tangan ajaibnya mampu menyembuhkan penyakit. Banyak orang dari segala penjuru masuk ke kampungnya, hanya ingin disembuhkan dirinya. Dia pasti kecapekan karena tangannya harus keluar masuk di ratusan air segelas. Saking banyaknya yang antri, banyak pasien yang tidak sanggup menahan sakit, akhirnya justru meninggal di tempat. Mula-mula saya pikir Ponari telah melakukan kesalahan apa karena mengobati orang tidak berhasil dan justru meracuni orang terus mati, setelah saya mendengar selengkapnya berita itu, oh, maksudnya mereka meninggal karena tidak tahan menahan kesakitan, karena antrinya yang panjang. Saya melihat yang nggendong itu berjalan cepat, jadi kadang-kadang tangan Ponari yang tercelup ke air hanya sedetik, jadinya Ponari kurang menghayati apa yang dia lakukan.

Ada yang berpendapat bahwa percaya dengan batu Ponari itu syirik. Akan tetapi buktinya Ponari berhasil menolong ratusan orang-orang miskin yang dililit biaya kesehatan yang semakin mahal dari penyakitnya. Saya pikir itu mukjizat dari Gusti Allah kepada seorang anak manusia yang tidak pernah nakal, bahkan ingin mengobati adiknya.

Hanya saja ketika melihat antrian itu, kayaknya kurang ada koordinasi, semestinya para sesepuh kampung mengupayakan tempat singgah para pasien agar kalau menunggu lama tidak pingsan dan akhirnya meninggal. Di sana dikasih tikar kek kalau tidak ada kursi. Dan waktu pengobatan itu disesuaikan waktu Ponari, misalnya setelah istirahat dari sekolahnya dan tidak ada pemaksaan, karena Ponari butuh istirahat dan bermain dengan sebaya. Ponari pasti bahagia dapat menolong sesama.

Aku pun senang kok kalau dikasih keajaiban oleh Gusti Allah, seperti Ponari sehingga aku bisa menolong banyak orang, meringankan beban para pasien dari mahalnya biaya pengobatan. Soalnya bukannya mereka tidak percaya pengobatan dokter dan RS, cuman dengan berobat dengan Ponari, maka tekanan dana itu tidak begitu terasa, dan tidak perlu takut dioperasi atau dibedah, semuanya alami, cukup dengan air ajaib dari Ponari. Kasihan ilmunya Ponari kalau nggak dipakai, masih banyak yang membutuhkannya. Yah, pendidikan juga sangat penting bagi Ponari, siapa tahu dia besok bisa jadi dokter sehingga dapat memadukan ilmu pengobatan modern dan tradisional.

Ponari, kaulah anugerah yang terindah bagi Indonesia.

Sunday 1 March 2009

Surat Seorang Anak Gadis Kepada Ibunya

Sore itu aku sedang bertandang ke sebuah keluarga, seorang Ibu sedang berpikir tentang anak gadisnya yang belum pulang sekolah, betapa gusarnya dia, betapa sedihnya dia, tapi kesedihan itu membuatnya justru marah besar kepada anak gadisnya. Suaminya sedang bertugas di luar kota, sementara dia baru saja mengalami trauma naik motor, karena baru saja diserempet anak sekolah sehingga memutuskan satu jari kakinya.

Berkali-kali dia telepon ke putri kesayangannya,"Kamu kok nggak pulang-pulang, ini kamu ditunggu Mbak Eka, Mbak Eka keburu pulang lho..................."

Tetapi telepon itu hanya dijawab dengan SMS yang singkat,"Masih di sekolah".

Pokoknya Ibu itu menulis SMS yang panjang-panjang, tapi anaknya hanya njawab satu dua patah kata, ya dan tidak atau bukan.

Saya juga marah sebenarnya sama anak gadis yang sudah kuanggap seperti adikku, ditelepon sama Ibunya kok malah ditinggal yang-yangan di sekolah. Kemudian ada SMS dari anak gadis itu, "Kalau tidak bisa pulang, karena uangnya sudah habis, mau naik angkutan tidak bisa, karena sudah untuk membeli minuman, numpang teman, nggak bawa helm.............".

Ibunya ikut risau, waduh saya juga risau, pasti kalau dia tidak dapat pulang, aku punya tanggung jawab membantu nih, salah sendiri, kenapa mampir-mampir. Kemudian saya ada ide agar dia disuruh saja pinjam helm penjaga sekolahnya atau temannya. Dan untungnya ada teman cewek yang satu perjalanan.

Menjelang maghrib, gadis itu pulang karena ada teman. Besar sekali badannya. Ibunya bilang,"Adikmu sudah besar Mbak Eka, sekarang, dia sudah SMA sekarang, sudah nggak SMP lagi.............Tapi sangat suka nonton TV, kalau belajar justru bukunya yang belajar, dia sendiri ngorok".

Dia senang sekali ketemu saya, "Mbak Eka, kenapa nggak main-main ke sini lagi? Wah tadi saya dipinjami helm teman coewok guanteng sekali....................."

"Bagaimana dia pulangnya kalau nggak pakai helm?" tanya saya......

"Dia lagi naik sepeda saja".

Mendengar anak gadisnya mulai memuji-muji cowok Ibunya marah,"Terus gitu, nggak usah mikirin sekolah, orangtua mikir cari dhuwit, sampai Bapaknya batuk-batuk, hanya mikir laki-laki, mau kayak Ulfa ya (maksudnya anak gadis yang dinikahi Syech Puji)............."

"Aaah Ibu gitu saja...............................aku capek Bu, masak Ibu sudah marah-marah..............." kata gadis itu.

"Wis, kayak kuda lepas dari kandangnya saja, nggak punya aturan................"

Aku hanya diam sambil sesekali senyum-senyum lihat kelakuan adikku yang SMA itu.

"Ini, Mbak Eka, dia itu SMP jadi juara dalam kelulusannya, tapi di SMA malah turun, yang dipikir tiap hari pacaran saja.........................nilainya jeblok. Biar saja nanti dikira sama sekolah dulu jadi juara karena nyontek....................." kata Ibunya,"Tadi kok nggak njawab-njawab telepon Ibu kenapa, SMS kek, ....IBu sama Mbak Eka khawatir, kamu hanya santai-santai, kemana saja tadi.........."

Gadis itu dengan jujur menjawab (tanpa takut diomeli sama Ibunya lagi),"Tadi ada ekstra Bu, tapi aku bosan dengan kegiatan itu, karena hanya aku yang disuruh-suruh, lagian Ibu itu lucu, masak aku baru latihan paduan suara, dengar bunyi telepon, ya aku matiin sekalian....., terus aku juga nggak selesai tadi, habis aku jadi bahan ketawaan teman-teman, suka diledekin, disorakin, dan dipanggil Gendhut, padahal aku khan gak gendhut"

Ibunya semakin marah,"Ibu sama Mbak Eka nggak khawatir, sampai dia nggak pulang nunggu situ, malah hp dimatiin?"

Ibunya masih kesal dan marah melihat kelakuan anak gadis itu. Kepada saya dia lebih santai, cerita-cerita tentang temannya, karena saya nggak akan ngomel-omel seperti Ibunya. Saya hanya senyum saja lihat adik saya seperti itu dalam hati saya hanya berkata,"Ibu-Ibu gadis semanis ini kok ya diomelin terus.............."

Setiap kali anak gadis itu membicarakan cowok atau ketahuan dengan cowok Ibunya mengancam,"Nanti kalau ketahuan pacaran cuma tak suruh terus kawin, ngapain sekolah mahal-mahal, Bapak susah-susah mengantar.........."

Ibunya memang sangat keras dalam mendidik, dia memaksa anak-anaknya agar tidak lepas dari suasana belajar, ya memang hasilnya bagus, putrinya itu selalu mendapat rangking di sekolah, dan berhasil di sekolah favorit di Provinsi. Aku mencoba memahami isi hati anak gadis itu, apa yang dirasakannya, apa yang ingin dikatakan kepada Ibunya dengan didikan yang sangat keras itu..........Kuberi judul saja, "Surat untuk Ibu" sebagai perlawanan anak gadis itu atas perlakuan Ibunya. Walau aku pahami, kalau terlalu bebas dia jadi lupa tugasnya, prestasinya, dan bisa juga terlibat pergaulan terlarang.

Yogyakarta, .......................................2008

Ibuku yang manis, aku memang telah kau kandung 9 bulan lamanya, terima kasih untuk kehidupan ini. Ibu, sungguh aku tidak mengerti, kenapa Ibu selalu mengomel, didepan orang lain lagi. Mungkin Ibu ini sudah kebal dan tidak malu sama tetangga dan orang lain selalu marah-marah kepadaku, dan selalu mempermalukanku didepan orang banyak. Ibu, rumah ini jangan Engkau jadikan neraka bagiku. Biarkan aku bebas Bu, aku hanya ingin kenal laki-laki, berteman dengan banyak orang, agar hidupku seimbang, nggak hanya kenal perempuan, nanti aku bisa mati hatiku Bu. Banyak yang indah dan baru yang kulihat Bu, di SMA-ku. Aku sudah capek tiap saat belajar hingga aku juara, dan masuk disekolah yang Ibu harapkan. Izinkan aku refreshing Bu, dengan sejumlah aturan Ibu. Please Bu, jangan banyak aturan, tapi pahamkan aku dengan kelembutan Bu, kalau hanya marah-marah begitu, aku nggak paham, malah aku stress nanti.........................

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan