Monday 28 April 2008

Mengenal Museum Sonobudoyo Yogyakarta

Yogyakarta semestinya berbangga karena memiliki 32 museum, tetapi baru 30 yang sudah masuk ke BARAHMUS (Badan Musyawarah Museum). Di antara museum-museum itu ada dua museum yang direncanakan menjadi museum bertaraf internasional, yaitu Sonobudoyo dan Ullen Sentalu. Museum ini sangat mendukung keberadaan DIY sebagai kota budaya, kota pendidikan dan kota tujuan wisata. Sayangnya aset museum belum mendapat perhatian yang selayaknya sehingga potensinya belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Bahkan museum di Yogyakarta belum mampu menjadi kebanggaan bagi Kota Yogyakarta sendiri. Negara-negara maju seperti Perancis, Turki, Belanda telah dapat memanfaatkan museum sebagai media yang efektif untuk mengembangkan jati diri negara, daerah, hingga desa. Negeri Belanda mempunyai kurang lebih 1400 museum.
Menurut MURI, museum yang paling lengkap koleksinya adalah Museum Sonobudoyo, dibandingkan dengan museum lainnya mempunyai rentang dimensi temporal dari masa prasejarah hingga pasca kemerdekaan. Museum ini terletak di sebelah barat laut Kraton Yogyakarta dan dekat dengan lintas Malioboro, Jalan Trikora 6. Batas-batas lokasi sebai berikut : Selatan : Jl. Pekapalan; Utara : Jl K.H.A. Dahlan; Timur : Jl. Trikora dan beberapa bangunan; Barat : Pemukim.
Museum Sonobudoyo berdekatan dengan objek wisata lainnya, seperti Kraton Yogyakarta yang pengunjungnya banyak, Taman Sari, Kebun Binatang Gembiraloka, Museum Benteng Vredeburg, dan Pura Pakualaman. Kawasan sekitar Sonobudoyo memiliki citra karakter bangunan kolonial yang sangat kental, diantaranya adalah Bank BNI, Benteng Vredeburg, Gedung Agung, Seni Sono, Kantor Pos. Bangunan lama Museum Sonobudoyo yang didesain oleh Ir. Th. Karsten dan Vistarini memiliki karakter campuran antara bangunan Jawa dan kolonial. Citra bangunan Jawa terlihat dari penggunaan bentuk atap dan regol, sedangkan citra bangunan kolonial terlihat dari skala bangunan dan elemen struktur yang digunakan. Saat ini bangunan utama menghadap ke selatan.
Museum Sonobudoyo merupakan museum terlengkap setelah museum nasional Jakarta terkait dengan bidang seni budaya dan kepurbakalaan. Museum ini merupakan embrio dari museum tertua dan pertama di DIY. Museum ini resmi didirikan pada tanggal 6 November 1935, pada hari Rabu Wage, tanggal 9 Ruwah 1866 dengan sengkalan "Kayu Winayang Brahmana Buda" oleh Prof. Dr. Husein Djajadiningrat, diresmikan langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VIII. Java instituut merupakan salah satu organisasi yang berkecimpung di bidang Kebudayaan Jawa yang anggotanya terdiri dari orang asing dan Indonesia. Keputusan mendirikan museum ini merupakan hasil kongres Java Institut di Surakarta tahun 1931. Ir Th. Karsten merupakan arsitek terkemuka yang menghasilkan banyak menghasilkan karya rencana gambar bangun di Jawa. Setelah calon koleksi museum terkumpul dari daerah meliputi budaya Jawa, yaitu seluruh Pulau Jawa, Madura, Bali, sebagian Lombok, museum ini segera didirikan. Java Instituut mendirikan museum ini untuk museum sejarah dan etnografi dengan koleksi Jawa, Madura, dan Bali sesuai dengan lingkup kegiatan Java Instituut, bahkan sebagian Pulau Lombok. Java Instituut merupakan sebuah Yayasan yang bergerak di bidang kebudayaan Jawa, bali dan Madura. Museum dibuka untuk umum menempati bekas kantor "Schauten" di sisi barat laut alun-alun utara depan Kraton Yogyakarta, di antara Bangsal Pangurakan deretan barat laut.
Pada tahun 1935 Museum Sonobudoyo pernah menyelenggarakan sejenis sekolah pertukangan seni ukir kayu dan ukir logam (aluminium dan perak) yang merupakan rintisan pendirian jurusan kriya pada pendidikan formal ASRI. Pada masa pendudukan Jepang, museum ini dikelola oleh Pemerintah Jepang. Setelah Indonesia merdeka ditangani oleh Dinas Wiyoto Projo (1945-1949). Pada tahun 1950-1973 museum ditangani oleh Inspeksi Kebudayaan Dinas P dan K Provinsi DIY. Pada tanggal 11 Desember 1974 Museum Sonobudoyo dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Oleh karena Museum Sonobudoyo memiliki koleksi kurang lebih 42.698 buah meliputi 10 jenis sebagaimana disebutkan di atas namun ruang pamerannya tidak cukup, maka dilakukan perluasan ruang pameran di kompleks nDalem Jayakusuman atau nDalem Condrokiranan di Wijilan, Panembahan sebelah timur alun-alun utara Yogyakarta. Selanjutnya diresmikan pada 6 November 1998 oleh Gubernur Provinsi DIY Sri Sultan Hamengku Buwana X yang dihadiri juga Direktur Jenderal Kebudayaan.
Bangunan Museum Sonobudoyo memiliki luas 5.031 meter persegi dan berada pada lahan seluas 7.867 meter persegi. Bangunan-bangunan yang ada meliputi : Ruang pameran tetap, ruang auditorium, ruang storage koleksi, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang preparasi, ruang kantor, ruang pelayanan umum lainnya, ruang pengelasan. Gedung ruang pamer tetap merupakan bangunan sentral di dalam kompleks Museum Sonobudoyo. Gedung pameran berupa Joglo dan bangunan "Dalem" yang dihubungkan dengan pringgitan layaknya bangunan tradisional Jawa lainnya. Bangunan "Dalem" dihubungkan dengan selasar selebar 2 m dengan Ruang Pagelaran. Pada prinsipnya pemanfaatan tanah untuk bangunan museum Sonobudoyo berpola bangunan tradisional Jawa. Antara halaman luar dengan halaman dalam dipisahkan dengan tembok -cepuri- yang dihias dengan pilar bermahkota kuncup melati. Masuk ke halaman dalam melalui pintu gerbang utama berbentuk Semar tinandu.

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan