Tuesday 19 February 2008

Gunung Kidul, permata yang tersembunyi di Provinsi DIY


Bicara tentang Gunung Kidul, ...........hmmmmmm, sering diidentikkan dengan daerah asalnya Inem Pelayan Seksi. Pasti bila kita berada di kota besar, bertanya kepada banyak pembantu rumah tangga di sana, pasti ada yang menjawab dari Gunung Kidul. Padahal kalau kita bertanya tentang orang-orang sukses di kota-kota besar, juga ditemukan Gunung Kidul. Kalau ditanyakan kambing mana yang sangat lezat untuk dijadika sate, pasti salah satunya Gunung Kidul, itu sudah tradisi.


Gunung Kidul, merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerahnya bergunung-gunung, karena memang berada pada deretan Pegunungan Selatan atau juga Pegunungan Sewu. Daerah ini merupakan perbukitan batugamping (limestone) dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari (Wonosari Basin) yang telah mengalami proses tektonik sehingga yang tampak dataran tinggi Wonosari. Kalau kita membayangkan Gunung Kidul dari jarak kota Yogyakarta, mungkin yang ada adalah gambaran :


- panasnya, keringnya udara, kalau musim kemarau panjang-Saking panasnya kadang-kadang tanah pun menjadi tampak kemerah-merahan, dari jauh tampak redcenter.

- Jalannya menakutkan, membuat hati berdebar-debar, berliku-liku, zig-zag, banyak kendaraan besar lalu lalang, atau sebaliknya di pelosoknya nyaris tidak ditemukan angkutan yang memadai, sehingga penduduknya untuk pergi ke pasar harus jalan kaki, atau naik ojek. Sebelum colt masuk kampung, hampir semua orang jalan kaki kalau hendak pergi ke kota. Dulu ada jalan yang di bawahnya curam nyaris seperti hidung seorang punakawan Pendawa Lima, maka dinamakan Irung petruk. Sebelum dibangun Pemerintah daerah, semua orang yang lewat jalan tersebut harus mengucap, "nDerek langkung, Mbah, atau Bismillah.." mulutnya komat-kamit membaca segala doa, sambil tangannya mengelus-elus dada.

- Gersang, tandus, jarang kena hujan, sulit mandi

- Gelap, tidak ada lampu penerangan, sepi, tidak ada angkutan satupun

Tapi, itu duluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu. Gunung Kidul dulu dengan kini berubah. Pembangunan di daerah ini sangat berhasil. Ketika saya masih kanak-kanak kerapkali pergi ke sana. Jalannya masih belum rata. Alamnya masih agak liar. Kalau pergi ke sana selalu berombongan.

Ada cerita juga, konon pada zaman pendudukan Jepang, kalau mendengar suatu daerah memiliki kekayaan, pasti akan segera diduduki untuk diambil kekayaannya. Oleh karenanya Pemerintah kita dulu mengambil kebijaksanaan untuk meminimkan data-data mengenai Gunung Kidul, padahal kalau kita mau membuka mata, membuka hati, membuka telinga, pasti ada yang istimewa di Gunung Kidul. Banyak putra daerah yang sukses di perantauan. Walau banyak juga inem lahir dari sana. Kenapa banyak yang memilih Inem dari sana, katanya karena rajin-rajin.

Gunung Kidul dapat dijadikan salah satu objek wisata unggulan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi alamnya yang bergunung-gunung, ada juga bukit hijaunya, hutan jati, hutan Wanagama, terasering, rumah-rumah batu alami, pagar-pagar batu made in sendiri. Lika-liku jalanan aspal, dengan penerangan yang memadai, hutan-hutan di sekelilingnya, tanah-tanah merah kalau dikombinasikan akan menjadi sesuatu yang indah. Belum juga pantai Rengekan...(renehan), Baron......Kalau Pantai-pantainya dikelola oleh Pemda Provinsi DIY maupun Pemkab Gunung Kidul dengan profesional tentu akan menemukan pantai surga di Provinsi ini.



Tanah kosongnya yang masih luas akan membuka kawasan cagar ternak di DIY. Produksi ternak di Gunung Kidul termasuk besar. Kenapa justru ternak yang besar, karena di daerah kering sulit sekali dikembangkan tanaman pangan. Di tengah isu makanan-makanan binatang hasil kloning, kita di DIY memiliki wilayah cagar ternak yang alami. Banyak kandang-kandang ternak di samping rumah penduduk. Bagaimana lagi kalau hasil pangan padi sulit diandalkan, apalagi kalau musim kemarau panjang, lenih baik penduduk beternak yang hasilnya bisa diperhitungkan nantinya kalau ada kebutuhan mendesak, apalagi kalau musim hari raya haji.








Sapi dan Kambing Jawa yang mereka budidayakan mengandung daging yang berkualitas tinggi. Ternak mereka bisa diberi ransum tanaman-tanaman lahan kering di sekitarnya. Kabupaten Gunung Kidul dapat dijadikan daerah ketahanan budaya ternak tradisional.

Industri jarak juga sudah mulai dibudidayakan di sana.

Kebutuhan air yang dulu dirasa sulit, kini sudah tercukupi karena sudah banyak dibangun bak penampungan air. Warna coklat air pun berubah menjadi bening.

Tempat-tempat yang bisa dijadikan tujuan kita apabila mengadakan serangkaian kunjungan di sana :

Pantai Baron

Lebih enak naik kendaraan pribadi daripada naik kendaraan umum. Untuk mencapai Pantai Baron terlebih dahulu masuk ke ibukota Kabupaten Gunung Kidul, kota Wonosari yang terletak lebih dari 40 km dari kota Yogyakarta. Jarak antara Wonosari dengan pantai Baron lebih kurang 20 km, dengan kondisi jalan beraspal, melintasi bukit-bukit kapur Pegunungan Seribu, ladang terasering yang tampak batu-batu cadasnya, jalan berliku-liku, hutan Wanagama. Transportasi umum Yogyakarta - Wonosari berupa bus dan microbus tersedia dalam jalan cukup dengan tarif sekitar Rp. 5.000 untuk setiap orang.

Pantai Baron merupakan teluk diapit dinding bukit hijau dengan pohon-pohon kelapa. Teluk ini juga merupakan muara dari aliran sungai di bawah batu karang, yang airnya cukup jernih.

Tempat inilah tempat berkembangnya budaya pesisir. Baron merupakan tempat pangkalan perahu-perahu nelayan.

Di sana sering diadakan kegiatan berkemah dan lintas alam yang melintasi bukit-bukit yang mengeliligi teluk pantainya.

Pantai Kukup

Setelah ke Pantai Baron, kita bisa langsung ke Pantai Kukup, 1 km dari Pantai Baron. Goaa-goa Karang yang teduh, ikan hias laut.

Pantai Krakal

Pantai Krakal terletak 6 km dari Pantai Kukup, dan 65 km dari pusat kota Yogyakarta. Pantai Krakal terkenal landai dan berpasir putih. Angin laut sangat sejuk dan ombaknya cukup besar. Pantai ini akan dibangun menjadi kawasan pantai dan perkampugan wisatawan. Batu-batuan karang yang ada di sana merupakan bekas binatang karang yang hidup di air laut saat itu.

Pantai Wedi Ombo dan Rongkop

Pantai-pantai ini terletak di ujung timur di DIY. Dari kota Yogyakarta sekitar 80 km. Pada bukit-bukit karang banyak didiami burung camar laut.

No comments:

Pantai Glagah

Pantai Glagah
Pantai Glagah yang indah, dinding pemecah gelombang, kanal-kanal yang meliuk-liuk, adanya di Jogjakarta Sisi Barat bagian selatan